LilPJourney.com | TULUNGAGUNG – Tidak ada yang spesial dari kota ini selain kedua kakek dan nenek yang masih setia menunggu ku pulang. Tapi tidak lagi nenek. Nenek baru saja pamit pulang. Tugasnya telah selesai. Disela duka itu, gue mencoba menelusuri kota di selatan Jawa Timur ini. Setelah nyekar sebelum pamit ke Banjarmasin, gue teringat beberapa cerita nenek, tentang Pancangan Gajah dan Candi Cungkup atau Candi Sanggrahan. Dua-duanya berlokasi di jalan menuju makam nenek. Sayangnya Pancangan Gajahnya sudah tak terlihat dan berganti dengan kolam. Sedang Candi Cungkup sedang dipugar. Dulu sepulang les Bahasa Inggris, gue suka datang ke Candi Cungkup ini. Berbeda dengan sekarang, jujur saja, saat masih sekolah dasar hingga SMK gue nggak tertarik dengan sejarah. Tapi berbeda dengan sekarang. Bahkan seperti terobsesi. Setelah menelusuri artikel-artikel di laman gugel, ternyata Candi Cungkup ini menyimpan cerita Kerajaan Majapahit. Menarik.
IDENTIFIKASI CANDI CUNGKUP
Artikel ini ditulis saat Candi Sanggrahan sedang dalam proses pemugaran. Bagian bangunan induk telah rampung dipugar, sedang dua buah bangunan lain dan dinding masih dalam proses pemugaran.
Candi Cungkup atau Candi Sanggrahan terletak di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Candi yang menghadap ke barat ini merupakan candi terbesar yang ditemukan di Kabupaten Tulungagung. Secara umum terdiri dari satu bangunan induk dan dua buah sisa bangunan kecil lainnya. Pada bangunan induk berukuran panjang 12,6 meter, lebar 9,06 meter dan tinggi 5,86 meter ini menggunakan batu andesit dengan isian bata.
Tangga masuk Candi Cungkup Sanggrahan | Dok Pribadi |
Candi yang dikelilingi dinding bujursangkar dari batu bata dengan halaman luas ini memiliki kedudukan lebih tinggi sekitar dua meter dari area luar candi. Pada bagian depan candi terdapat tangga naik dari batu bata dengan kiri kanan tedapat sisa bangunan yang menyerupai gapura. Saat menelusuri jengkal demi jengkal Candi Sanggrahan, ada keunikan dimana pada bagian dinding tubuh candinya tidak memiliki hiasan relief, sedangkan pada bagian kakinya malah terdapat hiasan relief aneka hewan seperti singa dan serigala dalam batu-batu kotak persegi panjang. Setiap reliefnya berdiri sendiri, sehingga sulit untuk mengetahui apakah ada alur cerita dari setiap relief yang ada atau hanya sekedar ornamen candi.
Untuk menuju lokasi Candi Cungkup atau Candi Sanggrahan ini sangat mudah dan dapat diakses melalui aplikasi maps di smartphone. Walaupun saat ini dalam proses pemugaran, tapi candi ini masih boleh untuk dikunjungi.
SEJARAH
Mengutip dari situs Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Candi Sanggrahan ini dibangun sebagai tempat peristirahatan rombongan pembawa jenazah Gayatri, seorang pendeta wanita Budha bergelar Rajapadmi. Jenazah tersebut dibawa dari Kraton Majapahit untuk upacara pembakaran di daerah Boyolangu. Belakangan diketahui bahwa jenazah Gajatri disimpan di candi Boyolangu (akan diulas setelah artikel ini). Kemungkinan Candi Sanggrahan ini dibangun pada zaman Kerjaan Majapahit masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1359M-1389M).
NOSTALGIA
OOTD kala itu | Dok Pribadi |
Samar-samar ingatan gue membawa pada kenangan masa SD saat kakak sepupu gue ngajak jalan ke Candi Cungkup. Seingat gue dekat rumah cuma ada 3 candi, Candi Sanggrahan, Candi Gayatri dan Candi Dadi. Oh ternyata Candi Cungkup adalah nama lain dari Candi Sanggrahan. Baiklah, mari berpetualang membawa hati yang patah setelah nenek pergi.
Membaca tentang sejarah candi yang berjalarak 3 km dari rumah kakek ini, yang tak lain merupakan tempat persinggahan atau pesanggrahan, gue sedikit tergelitik untuk mempertanyakan penamaan Desa Sanggrahan dengan sejarah candi ini.
Sejarah menjadikan kita kaya | Dok pribadi |
Well, ternyata Tulungagung bukan hanya rumah lama, tapi cukup cantik untuk ditelusuri. Cerita selanjutnya tentang Candi Gayatri dan budaya kopi cethe Tulungagung.
PS
Peluk dari jauh