Lilpjourney.com | Energi Terbarukan – Apa yang terlintas dipikiran kalian saat mendengar “energi terbarukan”? Mungkin dari sekian banyak jawaban, akan ada yang mejawab “energi yang ramah lingkungan”. Lantas sebenarnya apa itu energi terbarukan? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk ikut serta dalam menjaga bumi dengan energi terbarukan. Yuk sam-sama “Mengulik Energi Terbarukan yang Sedang Ramai Diperbincangkan “.
Berbagai Masalah Lingkungan Mendorong Terciptanya “Energi Terbarukan”
Jum’at kemarin, online gathering #EcoBloggerSquad mengangkat tema “Mengulik Energi Terbarukan yang Sedang Ramai Diperbincangkan” dengan Kak Refina Muthia Sundari (Research Manager at Traction Energy Asia) sebagai narasumbernya.
Waktu mendengar tema “energi terbarukan”, aku sangat antusias. Hal ini karena aku pernah ikut dalam proyek pembangunan biogas, di Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin tahun 2015 lalu. Kala aku masih menjadi tenaga bantu di instansi tersebut. Aku masih ingat bagaimana serunya berbincang dengan para tenaga ahli teknik lingkungan, tentang mengatasi masalah sampah di Kota Banjarmasin.
“Masalah sampah tidak akan ada habisnya selama di dunia ini masih ada manusia yang tidak peduli kemana sampah mereka pergi mbak. Coba kita lihat datanya, bagaimana setiap tahun jumlah sampah yang masuk ke TPAS (tempat pembungan akhir sampah) selalu meningkat. Hal ini memang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk. Tapi pertumbuhan penduduk jika didukung oleh kesadaran, tentu hasilnya berbeda,” tutur Bu Ani selaku kepala konsultan pelaksana.
Sempat “tenggelam” karena kesibukan kantor, setelah menjadi full time menjadi ibu rumah tangga ketertarikanku pada pengelolaan sampah dan energi terbarukan kembali mencuat.
Tapi yang menjadi pertanyaanku:
Apakah energi terbarukan benar-benar ramah untuk lingkungan dan bumi? Apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung transisi energi menjadi energi terbarukan?
Kalau pembanguan biogas di Banjarmasin yang sudah susah payah dibangun ternyata tidak dikelola dengan baik oleh warga, maka berbeda cerita dengan pembangunan biogas di Pancoran.
Jika kalian ingat, sekitar tahun 2022 lalu tepatnya di Jalan Cikoko Barat III, Pancoran, Jakarta Selatan, terdapat sebuah peternakan sapi yang dikomplain warga karena instalasi pengolahan limbahnya belum memadai. Sehingga limbah kotoran sapi tersebut mencemari saluran air dan membuat warga merasa sangat terganggu.
Setelah sempat dikomplain warga setempat karena limbah kotoran sapi yang mencemari dan membuat saluran air pemukiman mampet. Maka, pemerintah daerah berinisiatif untuk memasang 3 buah tabung bio-digester untuk menangani masalah ini.
Jadi, instalasi biogas tersebut berfungsi untuk mengolah gas yang berasal dari urin serta kotoran sapi agar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Melalui percobaan, gas tersebut sudah dapat digunakan untuk menyalakan kompor dan juga lampu penerangan jalan.
Kabar baiknya, selain menggunakan kotoran hewan seperti kotoran sapi atau kambing, sebenarnya biogas juga bisa dihasilkan dari limbah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga.
Apa Itu Energi Terbarukan?
Dalam istilah yang sederhana, energi terbarukan bisa disebut sebagai sumber energi yang diperoleh dari alam yang bisa diperbaharui secara terus-menerus. Umumnya yang disebut dengan sumber energi terbarukan ini adalah sumber energi yang tidak akan pernah habis atau jumlahnya tak terbatas. Misalnya seperti energi yang berasal dari matahari atau energi yang dihasilkan oleh angin.
Keuntungan utama menggunakan energi terbarukan adalah, sumbernya tidak akan habis dan tidak akan mencemari lingkungan. Tidak seperti energi fosil semisal minyak bumi (BBM) atau gas alam (Elpiji) serta batubara. Tak hanya itu, energi terbarukan ini juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.
Seperti yang kita tahu, emisi gas rumah kaca ini adalah salah satu biang keladi perubahan iklim yang sekarang sudah mulai kita rasakan dampaknya. Beberapa contoh dampak perubahan iklim diantaranya adalah, suhu yang semakin panas hingga cuaca ekstrim yang menyebabkan banjir atau sebaliknya, kekeringan (kemarau panjang).
Jika suhu bumi meningkat, maka es yang ada di Kutub Utara akan mencair lebih cepat hingga membuat permukaan air laut naik dan berpotensi menenggelamkan beberapa pulau.
Sedangkan cuaca ekstrem yang kadang tidak menentu berpotensi menyebabkan gagal panen hingga mengancam ketersediaan pangan. Tentunya, masih ada banyak dampak-dampak lain yang bisa ditimbulkan oleh perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca ini.
Tapi, di sini aku nggak akan membahas panjang lebar soal dampak-dampak perubahan iklim ini. Dan akan lebih fokus membahas peluang membuat biogas dari limbah organik. Serta alasan mengapa kita perlu segera beralih ke energi terbarukan.
Kunci Mengatasi Krisis Iklim
“Secara global penggunaan energi terbarukan mampu menurunkan 1,25% emisi CO2 per kapita.” – Szetela, el al., 2022
Seperti yang aku sampaikan di atas tadi. Emisi gas rumah kaca atau yang dikenal juga dengan sebutan emisi karbon merupakan alasan kenapa kita perlu segera beralih menggunakan energi terbarukan. Sebab emisi karbon tersebut memiliki keterkaitan langsung dengan krisis iklim.
Pada webinar “Mengulik Energi Terbarukan yang Sedang Ramai Diperbincangkan” Mbak Refina menyebutkan bahwa, salah satu kunci untuk menangani krisis perubahan iklim adalah dengan mempercepat transisi pemanfaatan energi terbarukan. Berikut adalah beberapa alasannya.
1. Murah
Sumber energi terbarukan ini dikatakan murah karena sudah tersedia di alam dan jumlahnya pun sangat melimpah. Contoh paling sederhana yang bisa kita temukan sehari-hari adalah energi matahari dan angin.
Sebagian besar energi ini tidak memerlukan proses yang panjang sampai bisa digunakan. Karena itulah, penggunaan energi terbarukan dianggap sebagai salah satu solusi paling murah dan efisien.
2. Rendah emisi
Dan yang tidak kalah penting, sumber-sumber energi terbarukan ini tidak menyebabkan polutan yang membahayakan lingkungan ataupun kesehatan manusia serta makhluk hidup yang ada di bumi. Hal ini berkebalikan dari emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan energi fosil.
3. Ramah lingkungan
Energi terbarukan disebut ramah lingkungan karena bisa membantu mengurangi polusi udara, tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, bisa membantu mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil, dan energi ini juga bersifat berkelanjutan. Itu artinya, generasi mendatang akan tetap memperoleh sumber energi yang cukup meskipun saat ini kita menggunakannya secara maksimal.
4. Berpotensi membuka lapangan kerja baru
Tidak diragukan lagi apabila energi terbarukan akan menciptakan lapangan kerja baru. Karena industri energi terbarukan pasti membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar di berbagai bidang. Contohnya, di bidang konstruksi dan instalasi, operasional dan pemeliharaan, penelitian atau pengembangan, manufaktur komponen, hingga lapangan kerja di bidang layanan dan konsultasi.
Implementasi Energi Terbarukan Di Indonesia
“Dukungan dan komitmen pemerintah sangat penting bagi implementasi energi terbarukan yang sangat bergantung kepada kebijakan dan ketidak pastian pasar,” Liang dan Fiorino, 2013
Pemerintah Indonesia telah mengatur upaya penerapan energi terbarukan sebagaimana tertuang dalam kebijakan yang dirangkum pada Rencana Umum Energi Terbarukan Nasional (RUEN) dan Perpres No. 112 Tahun 2022 tentang percepatan energi terbarukan untuk tenaga listrik.
Dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut, saat ini sudah ada beberapa praktik upaya penerapan energi terbarukan, antara lain:
1# Pemanfaatan Energi Terbarukan Geothermal (Panas Bumi)
Indonesia mempunyai potensi geothermal terbesar kedua di dunia. Hal ini disebabkan oleh geografis Indonesia yang dilewati oleh cincin pasifik.
Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan potensi geothermal sekitar 230766 gigawatt. PLTP ini sudah tersebar dibeberapa wilayah Indonesia mulai dari Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sumtera BArat, Jawa Tengah, Lampung, hingga NTT.
2# Pemanfaatan Tenaga Surya
Indonesia mempunyai potensi tenaga surya sebesar 207,8 gigawatt. Tapi sayangnya, dari jumlah tersebut yang sudah dimanfaatkan hanya 0,23% saja.
Adapun pemanfaatan energi terbarukan tenaga surya ini adalah dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS ini juga sudah tersebar dibeberapa wilayah Indonesia, seperti di Likupang, Oelpuah, Cikarang, dan Bandung Barat.
Proses pemanfaatan tenaga surya untuk energi terbarukan adalah dengan menggunakan panel surya. Panel surya dapat menyerap radiasi matahari dan mebubahnya menjadi listrik.
Pemanfaatan panel surya tidak hanya dapat digunakan pada skala PLTS, tapi juga pada rumah pribadi. Tak heran jika saat ini kita bisa dengan mudah menjumpai rumah dengan instalasi panel surya. Di dekat rumahku sendiri sudah ada yang melakukan pemasangan panel surya.
3# Pemanfaatan Air dan Angin
Salah satu energi terbarukan yang sudah lama diterapkan di Indonesia adalah pemanfaatan air dan angin.
Saat aku masih kecil, kakek sering bercerita tentang keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lodoyo di Blitar. PLTA sendiri menggunakan sistem memanfaatkan air untuk memutar turbin sehingga menghasilkan tenaga listrik. Pada data statistik PLN 2021, terdapat 162 unit PLTA yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia.
Pernah melihat foto atau video viral keberadaan kincir angin raksasa di atas pegunungan Indonesia? Nah itulah Pembangkit Litrik Tenaga Bayu (PLTB) atau pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga angin. Hingga saat ini diketahui baru ada dua PLTB yang beroperasi secara komersil di Indonesia, yaitu PLTB Sidrap dan PLTB Jeneponto di mana keduanya sama-sama berada di Provinsi Sulawesi Selatan.
4# Memanfaatkan Bioenergi
Belakangan ini, kata “bioenergi” sudah semakin dikenal. Bioenergi adalah energi terbarukan yang dihasilkan dari sumber biologis atau biomassa, umumnya berasal dari tanaman. Contoh biomassa yang paling sering digunakan untuk pembuatan bioenergi adalah limbah kayu dan limbah pangan.
Di Indonesia sendiri sudah terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) yang dibangun di tiga desa, yaitu Saliguma, Madobag, dan Matotonan yang terletak di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dengan total kapasitas 700 kW untuk menerangi 1.233 Kepala Keluarga (KK).
Ibu Rumah Tangga Ikut Transisi Energi Lewat Minyak Jelantah
“Total potensi minyak jelantah dari Rumah Tangga dan Unit Usaha Mikro di Level Nasional adalah sebesar 1,2 juta kilo liter,” Traction Energy Asia, 2022
Jauh sebelum menjadi “ibu”, keberadaan minyak jelantah sudah sangat familir dalam kehidupanku. Sejak nenek masih mengolah minyak goreng dari kelapa hingga beralih ke minyak goreng sawit, keberadaan minyak jelantah di dapur sudah menjadi pemandangan lumrah.
Dulu aku bertanya-tanya kemana perginya minyak bekas tersebut? Mungkin dibuang begitu saja ke peceren atau comberan. Sayangnya, membuang minyak jelantah dengan cara ini dapat mencemari tanah yang berdampak pada penurunan kesuburan tanah. Apabila dibuang ke air, maka akan merusak dan meracuni ekosistem perairan.
Jadi apa yang harus kita lakukan dengan minyak jelantah ini? Salah satu solusinya adalah dengan dikumpulkan dan disalurkan (dijual) ke bank sampah atau mitra pengolah minyak jelantah menjadi biodiesel.
Singkatnya, kita mengumpulkan “sampah minyak” dapat uang.
Potensi minyak jelantah ini temukan oleh Traction Energy Asia. Sebuah lembaga independen yang berfokus pada isu transisi menuju energi bersih dan terbarukan yang berbasis di Indonesia.
Berdasarkan hasil dari penelitian panjang yang mereka lakukan, minyak jelantah ternyata mempunyai komposisi kimia yang menyerupai minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel.
Minyak jelantah merupakan limbah dengan biaya murah dan rendah emisi gas rumah kaca (GRK) untuk digunakan sebagai bahan energi terbarukan.
Apalagi saat ini konsumsi minyak goreng di sektor rumah tangga mengalami kenaikan 2,32% per tahun selama 2015-2020 (BPS). Bayangkan seberapa banyak minyak sisa penggorengan yang terbuang sia-sia.
Bayangkan kalau semua minyak jelantah tersebut dikumpulkan dan dioptimalisasi fungsinya. Bisa manjadi salah satu jawaban solusi krisis iklim yang saat ini kita alami.
Yuk Kumpulkan Minyak Jelantah
Sudah sekitar satu tahun aku mulai mengumpulkan minyak jelantah. Karena konsumsi minyak goreng di rumah tak begitu masif, jadi proses mengumpulkannya juga lama. Hehehe.
Selain aku, ada banyak teman-temanku yang juga sudah “melek” mengumpulkan minyak jelantah. Salah satu temanku adalah Nurul. Semenjak wastafelnya buntu karena membuang minyak jelantah ke saluran pembuangan air, sekarang dia memilih mengumpulkan minyak jelantah dan menjualnya ke mitra pengolah biodiesel.
“Nggak kerasa ngumpulin 25 liter. Lumayan dapat 100ribu,” tutur Nurul.
Mari Sadar Energi Terbarukan!
Memanfaatkan limbah organik untuk membuat energi terbarukan merupakan bentuk dukungan kita terhadap transisi energi. Selain mengumpulkan minyak jelantah, kita juga bisa mulai memilah sampah organik dan anorganik.
Sampah organik secara sederhana dapat kita olah menjadi kompos dilubang biopori. Selain mendapatkan kompos, kita juga sudah membantu tanah menjadi lebih “sehat” dengan mengundang mikroganisme baik pengurai sampah. Pembuatan lubang biopori juga bermanfaat untuk mengoptimalkan penyerapan air sehingga dapat mengurangi risiko banjir.
Dalam skala lebih besar, sampah organik dapat diolah menjadi biogas.
Bagaimana? Sudah siap untuk mendukung dan berpartisipasi secara sederhana untuk transisi energi?
Yuk sama-sama kita lebih peduli pada energi terbarukan untuk masa depan anak cucu kita kelak.