Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Menciptakan Masa Depan Cerah dengan Langit Biru

6 min read

program langit biru dari pertamina

Sini, Nak
Kudendangkan tentang pelangi
Yang cuma bisa kau lihat di televisi
Karena langitku tak cerah lagi
Terkontaminasi racun emisi

Pelangiku Sirna (/rif) 

Lilpjourney.com | Environment – Sampai kapan mau berdiam diri, menerima tanpa memberi? Sadarkah kita bahwa semakin lama bumi kita semakin tua? Selama ini isu lingkungan jarang sekarang menjadi headline news. Kecuali saat bencana alam terjadi karena kerusakan lingkungan. Hei! Kita hidup di bumi yang sama, menatap langit yang sama walau warnanya berbeda. Jika kita saat ini masih berdiam diri, bagaimana kita bisa menciptakan langit yang biru untuk anak dan cucu kita?

Aku Anak Pinggiran

langit biruSaat merantau ke Banjarmasin dan memutuskan membeli rumah di pinggiran kota, satu hal yang menjadi pertimbanganku : yang penting masih di bawah administrasi Kota Banjarmasin. Lima tahun tinggal di pinggiran kota, aku selalu bersyukur. Bangun pagi disambut oleh matahari pagi yang hangat. Pulang kerja disambut hamparan langit biru yang seakan berkata : welcome home, selamat untuk kamu yang sudah berjuang melewati hari ini.

Jarak dari rumah ke kantor kurang lebih 7 km. Sebenarnya aku berkeinginan naik kendaraan umum ke kantor. Tapi jarak dari rumah ke terminal cukup jauh, 2 km. Bisa saja jalan kaki sebenarnya. Tapi jadwal keberangkatan bus trans Banjarmasin terlalu pagi. Jadi mau tak mau menggunakan motor untuk transportasi sehari-hari.

Oh iya, aku mau cerita sedikit tentang bus trans Banjarmasin. Sejak bulan Februari lalu, Pemerintah Kota Banjarmasin telah meresmikan bus trans Banjarmasin. Bus nol rupiah (gratis) ini melayani rute dari terminal kota, lalu melewati jalan-jalan besar di Kota Banjarmasin seperti Jl. Ahmad Yani, Jl. Pangeran Antasari, Jl. Veteran dan juga Kayu Tangi Universitas Negeri Lambung Mangkurat.

Padahal andai jam penjemputannya tidak jam 6 pagi, mungkin aku akan menggunakan transportasi umum ini. Hitung-hitung diet BBM dan juga bisa sekalian olahraga saat berangkat kerja.

Migrasi Penggunaan Jenis Bahan Bakar Minyak

Pertama kali beli motor sendiri tahun 2014, aku berusaha untuk merawatnya dengan baik. Salah satunya dengan memberikan “makanan” yang baik untuk si putih. Coba ibaratkan motor sebagai tubuh kita sendiri. Saat kita makan junk food secara terus menerus pasti punya dampak untuk kesehatan bukan? Begitu pula dengan motor.

Jadi waktu beli motor, aku tanya ke salesnya. Kenapa dianjurkan menggunakan Pertamax? Terus dia balik tanya :

“Mba tau nggak, pemilihan jenis BBM berpengaruh terhadap keawetan mesin motor?”

Lalu dia menjelaskan bahwa penggunaan bahan bakar motor yang tepat dapat memperpanjang usia motor, membuat tarikan motor lebih ringan, dan tentu saja mesin motor lebih awet.  Tapi saat ini banyak pengguna kendaraan yang abai, di mana pengguna motor keluaran terbaru yang berkompresi tinggi mengantri panjang di SPBU jenis Premium.

“Jangan sampai mba, niat hati mau menghemat uang jalan, eh malah jebol saat perawatan kendaraan. Terlebih jika kerusakan mesin karena salah pemilihan BBM biasanya tidak dicover garansi mba,” pungkas si mas sales. 

Mengenal Merk Dagang Pertamina

Lantas apa perbedaan Premium, Pertalite, dan Pertamax? Selalin perbedaan harga tentunya. Hehehe. Jadi tiga kata tadi merupakan merk dagang yang digunakan oleh Pertamina.

Jadi hari Kamis 25 Maret 2021, aku mengikuti webinar dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Kantor Berita Radio (KBR) dengan tema “Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru”. Webinar ini sangat menarik dan kalian bisa melihat rekaman webinarnya di YouTube Berita KBR.

Akhirnya aku mendapatkan apa yang selama ini masih menjadi pertanyaan. Kenapa harus migrasi penggunaan Premium ke Pertamax? Apakah hanya berfungsi dari sisi performa mesin? Ternyata ada penyebab lainnya. Agar langit kita selalu berwarna biru. Sebelum membahas lebih lanjut tentang Program Langit Biru, mari kita pahami tentang 3 merk dagang Pertamina tadi selain dari warnanya yang berbeda.

  • Oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan pada jenis bahan bakar gasolin (contoh : Premium, Pertlite, dan Pertamax).  Oktan disebut juga RON yang merupakan singkatan dari Research Octane Number.
  • Cetane Number (CN) atau Angka Setana merupakan ukuran untuk menunjukan kualitas bahan bakar diesel (contoh : Solar)

Premium

Jenis bahan bakar ini biasanya punya banyak fans. Bahkan di Banjarmasin sendiri, peminat Premium masih lumayan banyak. Salah satu alasannya tentu karena harganya yang relatif rendah.

Premium sendiri merupakan BBM jenis distilat yang berwarna kuning. Warna kuning dihasilkan dari pemberian zat tambahan. Lantas Premium RON berapa? Bilangan oktan pada Premium merupakan yang terendah dari produk sejenisnya yaitu 88. Idealnya Premium hanya digunakan oleh motor dengan kompresi rendah di bawah 9:1. Sejak berlakunya Perpres No. 191 Tahun 2014, Premium berstatus sebagai bahan bakar khusus penugasan yang hanya dijual di wilayah penugasan dengan harga yang ditetapkan Menteri ESDM tanpa menggunakan subsidi. 

Pertalite

Setelah setahun aku membeli motor, tahun 2015 Pertamina meluncurkan produk baru yaitu Pertalite. Sampai saat ini masih banyak mitos tentang jenis bahan bakar ini. Salah satunya yang paling populer di masyarakat adalah produksi Pertalite dilakukan dengan rasio yang tidak konsisten. Tapi jika kita benar-benar menelusuri tentu tidak begitu. Karena Pertamina pasti punya standar produksi yang harus dipatuhi demi pelanggannya. Kalau salah, kita bisa melaporkan ke YLKI. Benar begitu Pak Tulus Abadi selaku ketua YLKI? Hehehe.

Baiklah kembali ke Pertalite. Pertamina meluncurkan Pertalite sebagai alternatif peralihan dari Premium sehingga penggunaan Pertalite lebih disarankan dibandingkan Premium. Lantas bagaimana kualitas dari Pertalite sendiri? Pertalite merupakan bahan bakar jenis bensin yang memiliki angka oktan 90 yang berwarna hijau terang. Berdasarkan hasil uji lab, Pertalite tidak mempunyai kandungan besi, mangan ataupun timbal. Sedangkan kandungan sulfur Pertalite sebanyak 880 ppm. Pertalite cocok digunakan untuk jenis kendaraan dengan kompresi mesin 9:1 sampai dengan 10:1. 

Pertamax

Adakah dari pembaca  tulisan ini yang merupakan pengguna Pertamax sejati? Sebenarnya produk Pertamax sudah ada sejak tahun 90-an. Pertamax merupaan bahan bakar jenis bensin dengan oktan 92. Produk ini sangat direkomendasikan untuk digunakan oleh kendaraan yang memiliki kompresi rasio 10:1 hingga 11:1 atau kendaraan berbahan bakar bensin yang menggunakan teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI).

Dulu saat servis rutin motor di bengkel resmi, aku pernah tanya sama mas mekaniknya. Mas benar nggak sih kalau pakai Pertamax mesin motor lebih bersih? 

“Iya mba. Pertamax itu bisa membersihkan bagian dalam mesin, saluran bahan bakar, dan ruang bakar mesin . Jenis bahan bakar ini juga bisa menjaga kemurnian bahan bakar dari campuran air, jadi pembakaran menjadi lebih sempurna,” jelas di mas mekanik. 

Pertamax Turbo

Satu minggu lalu saat aku pulang ke rumah orantua di luar kota, dari Banjarmasin sampai Tanah Laut tidak ada satupun SPBU yang menyediakan jenis bahan bakar Pertalite dan Pertamax. Hanya ada satu pilihan yaitu Pertamax Turbo. Setelah menghitung selisih harga Pertamax dan Pertamax Turbo, akhirnya aku putuskan untuk membeli Pertamax Turbo daripada Pertamax dipinggir jalan.

“Lebih bagus Pertamax Turbo dong mba. Oktannya kan 98, kalau Pertamax yang biasa oktannya 92. Selisih harganya cuma 850 rupiah kok mba. Motor lebih cepat dan irit,” jelas mas petugas SPBU. 

Pertamax Turbo adalah bahan bakar yang memiliki oktan 98. Bahan bakar jenis ini merupakan hasil pengembangan produk Pertamax Plus (RON 95) yang memiliki RON minimal 98 serta dilengkapi Ignition Boost Formula (IBF) oleh Pertamina dan Lamborghini. Sebelum diluncurkan, Pertamax Turbo diuji coba pada Januari 2016 di ajang balapan Lamborghini Blancpain Supertrofeo European, Sirkuit Vallelunya, Italia.

Pertamax Turbo diluncurkan resmi pada 29 Juli 2016 saat ajang balapan yang di Belgia. Produk ini telah mengimplementasikan standar Euro 4. Selain Pertamax Turbo, masih adalagi Pertamax Racing dengan oktan 100.

Edukasi Penggunaan BBM Ramah Lingkungan 

Saat ini industri bahan bakar Indonesia sudah bergerak menuju standar emisi baru yang lebih ramah lingkungan yaitu Euro 4. Berdasarkan peraturan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor 20 /Setjen/Kum.1/3//2017 tanggal 10 Maret 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O seharusnya menggunakan Euro 4. Meskipun demikian, standar emisi Indonesia ini masih tergolong lambat dibandingkan beberapa negara tetangga yang sudah menggunakan emisi Euro 5 dan bahkan 6.

Lantas jenis bahan bakar apa yang sudah termasuk Euro 4 ini? Pertamax Turbo. Saat kita menggunakan bahan bakar dengan oktan tinggi, makan proses pembakarannya semakin cepat dan seperti yang dijelaskan di atas, mesin lebih awet.

Saat webinar kemarin juga dijelaskan bahwa penggunaan bahan bakar dengan oktan rendah sedangkan kendaraan yang kita gunakan jenis terbaru (kompresi 10:1), maka bisa membuat mesin motor cepat rusak. Tidak hanya itu, pembakaran yang tidak sempurna juga membuat kendaraan menghasilkan emisi berbahaya.

Pak Wahyu Hardi Cahyono selaku Kepala Bidang Pengawasan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin, yang hari Jum’at (26/3) kemarin aku temui di kantor DLH menjelaskan bahwa secara rutin DLH melakukan uji emisi rutin. Di mana kendaraan yang menghasilkan emisi berbahaya yang dibuang melalui knalpot ke udara seperti kepulan hitam dan mengeluarkan bunyi kasar sebenarnya masuk dalam kategori sudah tidak layak jalan.

Kendaraan yang menghasilakn emisi berbahaya ini dapat mengancam kualitas udara. Tidak hanya itu, Kak Rosyid Azhar seorang fotografer dari Gorontalo juga mengatakan jika polusi selain berbahaya untuk manusia, tapi juga mengancam habita dan ekosistem yang berpotensi pada kemusnahan spesies makhluk hidup tertentu.

Kenapa Harga Pertamax Lebih Mahal?

Aku yakin sampai saat ini ada banyak orang yang ingin bermigrasi dari Premium ke Pertamax setelah paham manfaatnya. Tapi melihat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia, tentu banyak yang masih mempertimbangkan.

Lantas kenapa harga Pertamax lebih mahal? Pertamina yang kemarin diwakili oleh Bapak I Ketut Permadi Aryakuumara menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan harga Pertamax lebih mahal, diantaranya :

  1. Biaya produksi yang cenderung lebih mahal
  2. Biaya pajak dan distribusi

Menghentikan produksi Premium tentu akan menuai pro dan kontra dimasyarakat. Karena semua hal perlu penyesuaian. Tentu pemerintah diharuskan memberi alternatif seperti memberikan harga promo. Nah berbicara promo, jika kalian membeli Pertamax dan Pertamax Turbo dari aplikasi MyPertamina (tersedia di Android dan iOS), kalian bisa mendapatkan cashback loh! Ini juga merupakan inovasi Pertamina untuk meminimalisir kontak langsung antara pelanggan dan petugas SPBU di masa pandemi.

Kalau kalian rutin beli produk Pertamina dari aplikasi, poin kalian akan bertambah dan #TinggalTukarAja dengan menu favorit dari merchant pilihan seperti Kopi Kenangan, Excelco, Yoshinoya dan KFC!

Diskusi Tenteng Kompresi Kendaraan

Kemarin malam saat ke bengkel untuk melihat proses deco motor Vespa, iseng diskusi dengan teman mekanik dari komunitas motor chopper. Sebenarnya untuk masalah penggunaan Premium pada kendaraan “tua” masih perlu penelitian lebih lanjut. Karena saat ini pun banyak yang memilih menggunakan minimal Pertalite untuk motor dengan mesin “jadul”.

“Sebenarnya ada beberapa pengguna motor tahun tahun 1980-an yang lebih suka menggunakan Pertamax. Alasan mereka mesin lebih bersih dan pembakaran lebih sempurna Put. Saat pembakaran lebih sempurna, laju motor stabil jadi nggak ngebul hitam. Jadi kalau penggunaan Pertamax nggak cocok dengan motor kompresi rendah, sepertinya harus ditelitih lebih dalam. Kembali ke pengguna motor. Rajin ngerawat enggak? Sayang motornya enggak?,” pungkas Eca, pemilik bengkel jasa restorasi dan modifikasi motor. 

Menciptakan Masa Depan Cerah dengan Langit Biru

webinar bbm ramah lingkunganProgram Langit Biru sebenarnya bukanlah program baru. Program ini sudah dicanangkan sejak 6  Agustus 1996 oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, yaitu mengenai BBM yang ramah lingkungan. Sampai saat ini selain Pertamina, stakeholder terkait seperti KLHK terus berupaya dalam menjalan program ini. Tapi program ini tidak bisa berjalan baik tanpa partisipasi para konsumen Pertamina.

Relakah kita jika kelak anak dan cucu kita hidup tanpa menghirup udara segar? Bagaimana jika mereka mengidap penyakit pernafasan karena ulah kita sendiri yang tidak ramah lingkungan? Niat hati ingin menghemat dompet. Tapi malah membuat celaka kendaraan kita, keluarga kita, dan bahkan lingkungan kita. Bagaimana jika kelak bumi tak lagi menjadi tempat tinggal yang nyaman dan aman karena ulah kita sendiri?

Jika kendala utama untuk beralih dari Premium ke minimal sekali Pertali adalah harga, yang kita gadaikan adalah masa depan anak dan cucu kita, apakah sebanding? Tentu saja tidak. Program langit biru bukan hanya sebatas program beralih ke bahan bakar irit, tapi sejatinya program ini adalah untuk semua penghuni bumi. Jadilah pengguna bahan bakar yang baik, sesuai dengan standar bahan bakar yang dianjurkan oleh produsen kendaraan.

Jadilah bijak jika ingin bumi selalu bersahat. Terimakasih YLKI dan KBR yang sudah memberikan edukasi luar biasa tentang penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.

Karena aku ingin berbagi langit biruku untuk kalian, untuk anak dan cucu kita kelak. Aku tidak ingin menikmatinya hanya hari ini, tapi selamanya.

PS
Peluk dari jauh 

Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

2 Replies to “Menciptakan Masa Depan Cerah dengan Langit Biru”

  1. Wakakaka.. aku sejak dulu ya nggak ngerti ngerti amat bedanya ini, tapi seiring berjalannya waktu menghabiskan beberapa lama duduk bareng di motor, dari pda nggak ada yang diomonginkan, kutanya lah itu sama si Mas, kenapa gak pake bensin aja yang murah,, dari sanalah aku berpikir, bahwa aku gak salah pilih suami #eh wkwkwkw.. Bukan.. maksudku, gak salah aku tanya soal BBM haha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *