Mungkin orang-orang yang berkata “aku tak pernah patah hati” adalah mereka yang punya hati tapi tak pernah memakainya. “Hatiku terlalu berharga untuk menyesali kepergiannya’, kata mereka, biarkan saja orang-orang dengan sarkasme ego mereka. Orang yang kuat bukan yang tak pernah merasa kehilangan. Bagaimana mereka tahu mereka kuat sedang mereka tak pernah merasakan jatuh dan kemudian berhasil bangkit?
Jadi bersyukurlah untuk kamu yang pernah jatuh dan berhasil bangkit. Mengikhlaskan rasa sakitmu agar dapat kau pelajari hingga kau tak akan jatuh di tempat yang sama. Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Melupakan hanya akan membuatmu menjadi manusia dengan perasaan yang kau coba untuk tak mengingatnya lagi. Dan mengikhlaskan adalah saat kau berhasil berdamai dengan dirimu sendiri, dapat tersenyum lega ketika bertemu dengan orang yang membuatmu patah dan pada akhirnya, yang dulunya menggebu-gebu akan berakhir ‘biasa’.
Ternyata begini tulisan orang yang katanya suka menulis tapi jarang menulis selain ketikan huruf-huruf yang berjajar rapi setiap Senin hingga Jum’at dalam alur jam yang sama, jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Ah, sejak kapan aku terjebak dalam rutinitas orang dewasa yang pada waktunya dapat kusebut ‘membosankan’, dan pada satu waktu kusebut ‘tantangan’?