Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

8 Kesalahan Fatal yang Masih Dilakukan Pelaku E-commerce Pemula

2 min read

kesalahan fatal pelaku e-commerce pemula

Lilpjourney.com | Bisnis dan Keuangan – Memulai bisnis e-commerce memang terlihat menjanjikan, apalagi dengan tren belanja online yang terus meningkat. Tapi jangan salah, banyak kesalahan fatal pelaku e-commerce pemula yang justru bikin bisnis mereka jalan di tempat, bahkan tumbang sebelum berkembang.

Mulai dari salah memilih produk, kurang riset pasar, hingga strategi pemasaran yang asal-asalan—semuanya bisa berdampak besar. Padahal, sebagian besar kesalahan ini sebenarnya bisa dihindari kalau dari awal sudah tahu jebakan-jebakan umum yang sering terjadi.

Apa Saja Kesalahan Fatal Pelaku E-commerce Pemula?

Agar tidak terjebak di kesalahan yang sama, simak 8 kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh pelaku e-commerce pemula berikut ini.

1. Tidak Memahami Target Pasar Secara Mendalam

Salah satu kesalahan paling umum adalah berjualan tanpa tahu siapa sebenarnya target pembelinya. Banyak pemula langsung menjual produk yang sedang tren tanpa melakukan riset terlebih dahulu. Padahal, setiap produk memiliki segmen pasar yang berbeda. Jika tidak memahami usia, kebiasaan, preferensi, dan daya beli target audiens, strategi pemasaranmu bisa meleset jauh.

Solusi: Buat buyer persona. Gunakan tools gratis seperti Google Trends atau riset kecil-kecilan lewat media sosial untuk memahami kebutuhan pasar.

2. Asal Pilih Produk Tanpa Validasi

Banyak pebisnis pemula memilih produk berdasarkan “kata orang” atau hanya ikut-ikutan. Padahal tidak semua produk cocok untuk dijual online, apalagi jika kompetitornya sudah terlalu banyak. Produk yang terlihat menarik belum tentu dibutuhkan pasar.

Solusi: Validasi produk terlebih dahulu dengan menjual dalam jumlah kecil, atau menggunakan sistem pre-order untuk mengukur minat pasar.

3. Website atau Toko Online Tidak Optimal

Di era digital, tampilan toko online adalah etalase utama Anda. Sayangnya, banyak pemula masih mengabaikan kecepatan website, navigasi yang rumit, hingga desain yang tidak profesional. Jika pelanggan merasa kesulitan saat berbelanja, mereka bisa langsung pindah ke toko lain hanya dalam hitungan detik.

Selain itu, aspek mobile-friendly juga penting. Mayoritas pembeli online di Indonesia menggunakan smartphone untuk berbelanja.

Solusi: Gunakan platform e-commerce yang sudah responsif atau bekerja sama dengan pengembang yang paham UX dan SEO.

4. Kesalahan Fatal Pelaku E-commerce Pemula yang Mengabaikan Kualitas Desain dan Deskripsi Produk

Tampilan visual toko online dan deskripsi produk sering kali diabaikan. Gambar buram, layout berantakan, dan penjelasan produk seadanya membuat calon pembeli ragu untuk bertransaksi.

Solusi: Gunakan foto produk berkualitas tinggi, latar bersih, dan buat deskripsi yang informatif, bukan asal panjang. Jangan lupa cantumkan ukuran, bahan, kegunaan, dan cara perawatan jika diperlukan.

5. Tidak Menghitung Margin dan Biaya Operasional dengan Tepat

Karena terlalu fokus ingin cepat laku, banyak pelaku e-commerce menetapkan harga asal-asalan. Akibatnya, meski terlihat laku, bisnis justru merugi karena margin terlalu tipis dan biaya operasional membengkak.

Solusi: Buat perhitungan harga yang meliputi harga pokok, biaya pengiriman, komisi platform, iklan, hingga biaya logistik tambahan. Jangan ragu untuk menaikkan harga jika memang nilainya sepadan.

6. Mengabaikan Pentingnya Customer Service

Respons lambat, jawaban tidak sopan, atau bahkan tidak menanggapi komplain pelanggan adalah kesalahan fatal. Di era digital, reputasi toko bisa rusak hanya karena satu ulasan buruk yang viral.

Solusi: Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, banyak bisnis online mulai menggunakan sistem contact center guna mengelola komunikasi pelanggan dari berbagai kanal, chat, email, telepon, hingga media sosial, secara terintegrasi dan efisien. Langkah ini membuat proses respon lebih cepat dan profesional.

7. Tidak Mengelola Inventaris dengan Baik

Banyak e-commerce pemula yang masih mencatat stok secara manual, atau bahkan tidak tahu persis berapa jumlah barang yang tersedia. Akibatnya, pelanggan bisa kecewa saat barang yang dipesan ternyata habis.

Lebih buruk lagi, jika Anda melakukan import barang dari luar negeri, waktu pengadaan bisa sangat lama. Jika stok Anda habis dan pengiriman dari pemasok butuh 2–4 minggu, maka potensi kehilangan pelanggan sangat besar. Karena itu, manajemen inventaris sangat krusial sejak awal.

Solusi: Gunakan Google Sheets untuk pelacakan awal, lalu beralih ke software inventory management ketika skala bisnis Anda bertumbuh.

8. Tidak Membangun Database Pelanggan

Banyak penjual online yang hanya fokus pada penjualan satu kali, tanpa strategi jangka panjang. Padahal, mempertahankan pelanggan lama jauh lebih murah daripada mencari yang baru.

Solusi: Bangun database pelanggan sejak awal, gunakan email marketing, dan tawarkan promo untuk pembelian berikutnya. Pemilik bisnis juga bisa mengambil inspirasi dari dunia finansial digital. Seperti halnya startup fintech crypto yang membangun komunitas aktif melalui newsletter dan update rutin berita crypto serta konten edukatif demi menjaga loyalitas pembacanya, strategi serupa juga bisa diterapkan oleh bisnis e-commerce untuk mempertahankan pelanggan mereka.

Penutup

Menjalankan bisnis e-commerce memang penuh potensi, tetapi juga penuh tantangan. Dengan mengenali delapan kesalahan fatal di atas, Anda bisa menjalankan bisnis online dengan lebih hati-hati dan terarah.

Kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Tapi jika bisa belajar dari kesalahan orang lain, bukankah itu lebih cerdas?

Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *