Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Jurnal Kopi : Kedai Indie Kopi Banjar

3 min read

Kedai Indie Kopi Banjar
Kedai Indie | Dok Pribadi

 

Lilpjourney.com | Banjarmasin – Bicara kopi berarti bicara rasa. Eh rasa apa nih? Rasa yang pernah ada atau rasa nyaman tapi nggak aman? Hahaha. Dan kali ini ada Kedai Indie. Kedai sederhana yang berlokasi di Gg. Jumadil Awal, Kertak Hanyar Km. 10, Kabupaten Banjar ini pantang tutup sampai pengunjungnya ‘ngantuk’. Pengalaman gue pribadi sih ya, mau sampai jam 3 pagi di Kedai Indie juga ayok aja. Ownernya juga kalem, dia nggak bakalan ngodein kalau dia capek dan mau tidur. Ialah Said dan Dwi, pemuda Banjar yang merupakan owner Kedai Indie.

Kak mampir ya ke kedai ulun (aku) di Km. 10. – Tutur Said saat Kedai Indie baru buka

RUMAH BANJAR
Kedai Indie | Dok Pribadi

Kata siapa bikin kedai kopi harus dengan budget besar dan harus ditengah kota? Buktinya Kedai Indie berhasil membuat kedai kopi sederhana khas Banjar dengan budget minimalis tapi mampu membuat pengunjung betah. Bahkan kedai yang letaknya lumayan jauh dari kota dan masuk dalam gang perumahan ini berhasil membuat penasaran hingga pengunjunganya pun rela jauh-jauh dateng, dari Banjarmasin ke Gambut, untuk nyeruput secangkir kopi dari Kedai Indie dan ‘menjadi manusia‘.

Kenapa namanya Kedai Indie? Karena aku punya semacam filosofi gitu : gaya hidup independen, mandiri, bebas dan merdeka. Tidak terikat – tutur Said

Memanfaatkan area belakang rumah : dinding dan lantai dari kayu ulin, meja-kursi dari bambu, Kedai Indie berhasil menghadirkan suasana ngopi yang Banjar banget. Buku-buku berbau romansa dan ‘sedikit liar’ yang terpajang disebelah deretan toples kopi berteman alunan musik folk, membuat ngopi di Kedai Indie pun terasa ‘pas’.

Kalau berbicara tentang konsep, bisa dibilang Kedai Indie punya konsep vintage gitu. Setiap pengunjung yang datang seakan-akan diajak masuk ke idealisme si pemilik kedai yang suka dengan alam dan vespa. Beberapa ‘coretan’ di dinding kedai, mulai dari luar hingga dalam, banyak tersirat tentang pentingnya menjaga alam, kehidupan anak vespa dan sosial. Bahkan di dalam kedai terparkir sebuah vespa biru yang tentunya sangat cocok sebagai pelengkap interior Kedai Indie.

Nyaman tanpa wifi. Sederhana dan berbaur untuk ruang berdiskusi. Meleburkan si elit dan si alit – Tutur Said.

SEMUA KOPI ITU ENAK
Said saat bertemu petani kopi | Dok Kedai Indie

Berbicara tentang kedai kopi, rasanya nggak lengkap kalau nggak bahas signature menu nya. Pecinta kopi susu, Kedai Indie punya signature kopi susunya sendiri ‘Kopi Susu Indie’ dengan harga yang ‘murah banget’, only 10K tapi punya sensasi rasa yang nggak bisa kamu temuin di kedai kopi lainya. Suka yang manual? Ada kok V60 dengan beans lokal Kalimantan Selatan seperti Kopi Aranio. Walaupun berlabel Kedai Kopi, tapi mereka juga punya toleransi buat kalian yang nggak suka kopi. Ya, mereka juga punya menu non kopi seperti milkshake.

Karena bicara kopi itu bicara toleransi kak. Makanya di kedai-kedai kopi pasti ada minuman non kopi. Biar mereka yang nggak bisa ngopi masih bisa duduk nyaman sambil ngobrol – Ujar Said.

LIL P JOURNEY X KEDAI INDIE
 
Dwi saat ke kebun kopi | Dok Kedia Indie

Pertama kali gue ketemu Said itu waktu Said masih belajar tentang dunia kopi di Biji Kopi Kedai Enjoy. Waktu itu gue baru balik dari Toraja dan bawa beberapa jenis beans untuk diseduh bareng. Setelah sharing tentang cerita kopi dan mengupload beberapa story instagram dengan me-mention Biji Kopi Kedai yang kemudian mereka repost di story, Said follow instagram gue. Waktu itu jujur gue nggak menyadari kehadiran si Dwi, padahal si Dwi mondar mandir dan beberapa kali ikut nimbrung ngobrol. Wkwkwkwk. Bahkan dia udah lama follow instagram gue. Saking kalemnya doi sampe nggak berasa. Hahaha

Hasil Kopi Banua | Kedai Indie Dok

Pada obrolan kala itu gue tau mereka (Said dan Dwi-red) ada rencana buka kedai sendiri. Dan surprise! Satu bulan kemudian mereka kasih kabar bahagia kalau sudah open bar. Cie cie! Dan setelah beberapa kali undangan akhirnya tepat tanggal 1 Juni 2019 gue ke Kedai Indie. Sampai sekarang udah beberapa kali kesana, dua diantara di jemput Said dengan syarat : gue mau dijemput tapi pake vespa ya jemputnya! Hahaha. Sepenasaran itu gue sama vespa. Naik trail aja udah berkali-kali naik turun bukit, masa vespa belum. Eh beneran dong dijemput pakai vespa dan akhirnya ‘vespaan’ keliling kota Banjarmasin sebelum ke kedai.

Gimana kak naik vespa pertama kali? Biasanya kakinya pegel kalau baru pertama kali di bonceng pake vespa – Tutur Said.

Menilik sosok Said dan Dwi, dua orang di balik layar Kedai Indie, mereka adalah dua orang yang sebenarnya seperti bertolak belakang. Si Dwi punya look kalem, sedang Said lebih menikmati hidup dengan rambut kribo dan vespanya. Dua orang yang berbeda penampilan tapi sama-sama menikmati kopi sebagai pemersatu rasa dan kata.

Kenapa kopi? Karena dari ajakan ‘ngopi yuk’ akhrinya yang lama nggak ketemu bisa diskusi bareng. Walaupun yang dipesen es teh manis. Ngopi yuk punya definisi nggak cuma kopi tapi kaya plesetan untuk ‘ngumpul yuk’ – Tutur Dwi.

Said bersama petani kopi | Dok Kedai Indie
Ke Kebun Kopi

Selain asik di belakang bar kopi sederhananya, baik Dwi dan Said sama-sama menekuni kopi tidak hanya dari ‘bagaimana cara menyeduh kopi’, tapi juga ke kebun kopinya. Ya, mereka salah satu pemilih kedai kopi yang juga belajar kopi dari pohonnya. Menurut Said, alasannya karena 60% yang benar-benar mengenal tentang kopi adalah petani, 30% roaster dan 10% barista.

Wine Process

Sebenarnya artikel ini sudah ada di draf sejak bulan Juni. Tapi baru sempat selesai sekarang. Salah satu alasannya karena Lil P Journey X Kedai Indie punya project untuk membuat kopi dengan proses wine. Ya! Wine Process. Nggak main-main, cherry nya gue bawa langsung dari Enrekang yang ditanam di ketinggian 1500-1700 mdpl. Salah satu syarat proses wine yang bagus adalah ketinggian kopi ditanam minimal 1200 mdpl.

Lebih baik kita mencoba dari pada nggak pernah coba sama sekali Said. Nggak apa-apa gagal, kita masih bisa belajar lagi.

Satu hal yang gue salut dari  Dwi dan Said adalah bagaimana mereka nggak menganggap kopi hanya sebagai media mengumpulkan rupiah, tapi juga bagaimana mereka belajar cara menjadi manusia dengan terjun langsung ke kebun kopi. Belajar menanam kopi tidak hanya memetik. Belajar memproses tidak hanya menyeduh.

Jadi? Kapan kita bisa ngopi bareng di Kedai Indie. Nggak apa-apa kok kalau kalian pesan kopi susu atau milkshake. Karena yang penting cangkir ku dan cangkir mu ada di meja yang sama dengan berbagai obrolan hangat. Hahaha

PS
Peluk dari jauh

————-
KEDAI INDIE
Instagram : @kedai_indie_
Jam buka 19.00 – pengunjung terakhir ngantuk. Hehe
Harga 5K – 20K IDR

Mau coffee shop kalian di review di lilpjourney.com? Gampang kok, cukup follow instagram @putriii_santoso dan sediain waktu buat ngobrol dan sharing bareng

 

PS
Peluk dari jauh

Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Air Terjun Jaksa di Kecamatan Cisarua, Kota Bogor, Destinasi…

Lilpjourney.com | Air Terjun Jaksa – Salah satu air terjun yang menarik untuk dikunjungi wisatawan di Kota Bogor adalah Air Terjun Jaksa. Wisata ini...
Lilpjourney
1 min read

13 Replies to “Jurnal Kopi : Kedai Indie Kopi Banjar”

  1. Mbak ini selalu meracuni ku dengan kedai-kedai kopi keren, wkwkwk. Sumpah penasaran banget pengin nyobain ngopi di sana. Doain semoga nanti kita bisa ngopi bareng yak XD

  2. Ternyata yg paling tau kopi itu petani ya, aku kira barista tp nyatanya barista pun jg di training hehe untuk aku yg bukan pecinta kopi kayaknya kedai ini ckup membuat penasaran utk di knjungi hehe

  3. Aku pernah bersentuhan langsung dengan biji-biji kopi lokal ini sewaktu kecil. Dulu datu (ibunya nenek) punya kebun kopi yang lumayan banyak. Beliau memproses sendiri kopinya, mulai dari memetik di kebun hingga menumbuk bijinya. Semoga Kedai Indie Banjarnya laris manis ya Kak Said dan Kak Dwi.

    1. jadi kangen masa kecil ya kak Rindang. iya kalau nenek2 suka metik terus disangrai dan ditumbuk sendiri. katanya lebih hemat. hehehe. aku juga mau nanam kopi nanti di depan rumah ku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *