Andai waktu itu aku tak menerima permintaan pertemenanmu, mungkin cerita kita tak akan sepanjang ini. Andai waktu itu aku tak terpesona oleh parasmu, mungkin aku tak akan lama tersesat hingga selama ini. Dan andai waktu itu aku bisa berkata tidak saat kamu berkata : aku sayang kamu, mungkin kita tidak akan bertahan hingga detik ini.
Bukan aku ingin menyalahkan Tuhan karena mempertemukan kita. Aku malah bersyukur, karena kamu mampu menghapus luka masa laluku. Karena kamu aku bisa melepas semua beban masa laluku. Tapi, karena kamu pula aku harus berusaha sekuat ini untuk melepaskan. Tidak hanya melepaskan tapi bahagia tanpa kamu.
Kamu yang telah membuat ku ‘kuat’. Apa mungkin aku bisa sejauh ini tanpa kamu? Apa aku bisa menemui kekasih terhebat selain kamu?
Iya kamu. Kamu yang seperti hidup kedua ku. Yang pernah membuatku menangis karena luka dikhianati. Membuat ku tertawa saat aku dirundung pilu karena berbagai masalah didepanku.
Bukan aku tak dicekam amarah saat kamu mencoba berpaling dariku dan mengejar cinta lamamu. Tapi wanita itu terlalu tak berharga untuk kamu perjuangkan. Tapi aku sadar, saat itu kita sedang berada dititik jenuh, dimana ‘perbedaan’ kita semakin menakutkan untuk diperjuangkan.
Apa kamu tau, saat ini aku sedang menghitung mundur.
Cinta tapi ‘beda’ itu melelahkan sayang. Berulang kali aku mencoba berbicara bagaimana beratnya bila harus melepasmu. Bukan aku ingin melepasmu, bukan aku tak ingin kamu lagi, hanya saja Tuhan mungkin sudah lelah melihat kita berjuang.
Jadi tolong, biarkan aku memelukmu lebih erat. Agar aku bisa mengenang mu saat kamu telah pergi :’)