Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Kete Kesu Toraja, Kekal dalam Peradaban

3 min read

kete kesu Toraja
Ke’te’ Ke’su | Dokumen Pribadi

LilPJourney.com | Toraja – Bagi para pencinta kopi, Toraja bukanlah kota yang asing. Selain terkenal dengan kopinya : Toraja Kalosi, Toraja juga terkenal dengan wisata budaya seperti rambu solo’, rambu tuka’ dan ma’nene’. Salah satu tempat wisata yang wajib di kunjungi saat ke Toraja adalah Kete Kesu.

Kete Kesu Toraja

Walaupun untuk sampai ke Toraja dari Makassar memerlukan waktu 8-9 jam dengan bus, tapi tak menyurutkan minat para pelancong untuk datang ke Toraja.  Kota di Sulawesi Selatan ini mempunyai desa adat kuno. Namanya Kete Kesu. Bisa dikatakan Kete Kesu adalah ‘Monas’ Toraja.

Kete Kesu yang merupakan desa adat kuno sudah ditetapkan sebagai cagar budaya Indonesia. Kete kesu bagai museum hidup dimana kita dapat merasakan budaya pertama dan tradisi masyarakat kuno Toraja. Menurut beberapa sumber, diperkirakan desa yang berada ditengah-tengah area persawahan ini telah berumur lebih dari 400 tahun.

Daya tarik desa kuno ini ada pada komplek “tongkonan” atau  rumah tradisional masyarakat Toraja yang diatur dalam baris yang saling berhadapan dengan lumbung atau dalam bahasa Toraja disebut alang.  Pada dinding Tongkonan dihiasi ukiran dan tanduk kerbau yang berfungsi untuk menandakan status pemilik rumah. Untuk membangun sebuah rumah tongkonan diperlukan upacara adat rambu tuka’ dimana tidak hanya merupakan tugas besar karena melibatkan semua anggota kelurga tapi juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Fungsi rumah tongkonan selain sebagai tempat tinggal (sampai saat ini) dan penyelenggaraan acara adat tapi juga ‘rumah’ bagi jenazah sebelum prosesi rambu solo’.

Di Ke’te Kesu sendiri sering diadakan berbagai macam acara, baik acara adat maupun acara tentang pariwisata Toraja yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Toraja, seperti festival tenun dan festival kopi yang biasanya merupakan rangkaian dari acara tahunan : Lovely December.

Buntu Kesu di Kete Kesu

Buntu Kesu Toraja
Buntu Ke’su | Dokumen Pribadi
Berjalan ke belakang area komplek tongkonan Ke’te Kesu ada sebuah bukit yang bernama “Buntu Ke’su” yang merupakan situs pemakaman kuno. Usia dari pemakaman kuno ini diperkirakan lebih dari 700 tahun. Di buntu ke’su ini kita akan menjumpai tengkorak-tengkorak manusia yang tidak lain adalah nenek moyang masyarakat Toraja. Pada dinding bukit terdapat sebuah gua yang didalamnya terdapat patung “tau-tau” kuno berteralis besi

Terdapat cerita rakyat (yang sampai saat ini masih dipercaya masyarakat Toraja) pada Buntu Ke’su ini dimana menurut tradisi, orang berstatus sosial tinggi (bangsawan) akan dimakamkan di lubang (lo’ko) yang tinggi. Mereka percaya semakin tinggi dikubur maka akan mudah menuju puya (surga). Nah pada masing-masing lo’ko (kuburan batu) terdapat simbol tau-tau (patung) yang dipahat menyerupai si empu gua. Sebelum dikuburkan jenazah terlebih dahulu di ‘pestakan’ lewat upacara rambu solo’.

TORAJA TAHUN PERTAMA

Tongkonan Kete Kesu Toraja
Tongkonan Ke’te Kesu | Dokumen Pribadi

Honestly, Toraja memang ada di list liburan gw tapi bukan dalam kategori “segera”. Nggak tau kapan bisa kesana, tapi pengen kesana. Daaan yang namanya rezeki bisa datang kapan saja kalau kita yakin bahwa kita punya Tuhan Yang Maha Kaya.

Perjalanan ke Toraja ini merupakan rangkaian dari ‘Trip Dadakan’ 7D6N gue sama cece. Setelah puas dengan perjalanan ‘pantai’ Makassar – Kendari – Sambori & Labengki, di hari ke 5 kami berangkat menuju Toraja. Sayangnya waktu kami terbatas, selain karena trip pantai sebelumnya tapi ke Toraja juga memerlukan perjalan darat yang lumayan lama, jadi cuma punya waktu 12 jam. Ya 12 jam. Hahaha. Tanggal 24 September kami berangkat dari Kendari ke Makassar. Sampai di Makassar pukul 21.30, dan kami langsung ke Terminal Daya menggunakan Go-Car. Bis menuju ke Toraja berangkat pukul 22.00 dan 07.00 setiap harinya. Pengalaman gw sih, sebaiknya kalian beli tiket sehari atau dua hari sebelum pergi, bisa beli lewat online atau telpon kesalah satu perwakilan bis seperti Bintang Prima atau Primadona lalu melakukan pembayaran lewat bank transfer.

Tips Ke Toraja

Setelah 8 jam perjalanan, kami sampai di Toraja sekitar pukul 06.00 pagi, dan kami langsung menghubungi penyewaan motor yang telah kami booking sebelumnya. Cukup susah sebenarnya cari info rental motor di Toraja lewat internet, tapi untungnya salah satu temen gw baru pulang backpackeran ke Toraja dan dia masih menyimpan nomor penyewaan motornya. Harga sewa motor sama seperti kota lain, 100.000/hari. Bagi kalian yang lagi nyari kontak penyewaan motor dan mobil di Toraja bisa hubungi nomor ini : 081343833944 / 081243003330. Orang penyewaannya ramah banget. Bahkan gue minta bikinin itinerary ke om sewa motor ini. Hehehe… Karena kami hanya punya waktu 12 jam aja di Toraja, jadi harus seefisien mungkin, dan kita lost internet connection dong. Oh iya kalau kalian kesini sebaiknya jangan pake provider XL ya, better Telkomsel.

Rencana awalnya, ketika kami sampai di Ke’te’ Kesu’ pengen sewa baju adat terus foto di komplek rumah tongkongan Ke’te Kesu. Kan kece tuh. Tapi apa daya rencana tinggal rencana kala kami sadar waktu kami sudah tinggal beberapa jam saja. Oh iya, bagi kalian yang ingin membeli oleh-oleh, entah baju, gelang atau kain tenun, kalian bisa beli disini. Harganya bervariasi tergantung kelihaian kalian dalam menawar.

Nah, untuk kalian yang pengen ke Toraja lebih baik plan di bulan Juli s/d Desember. Karena pada bulan-bulan tersebut banyak upacara rambu solo’, kalau beruntung kalian juga bisa bertemu upacara adat ma’nene’ dan di bulan Desember ada acara tahunan Lovely December.

kete kesu Toraja

Dan pada akhirnya, setiap perjalanan selalu menuntun pada penggalan cerita-cerita baru yang bisa dikemas dalam tulisan untuk menumbuhkan memori yang dapat kita bagikan pada orang lain tentang keindahan Indonesia yang tak akan pernah cukup untuk kau kelilingi dalam 365 hari.

PS
Peluk dari jauh

Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *