Lilpjourney.com | Mom (to be) Story – Beberapa waktu lalu aku sudah menulis tentang masalah kehamilan yang aku alami. Seperti janjiku di artikel itu, aku akan memberikan tulisan lanjutan tentang pengalaman kuret di RS Sari Mulia Banjarmasin menggunakan BPJS.
Dear pembacaku yang budiman. Artikel kali ini sangat sensitif. Pada beberapa paragraf terakhir ada bagian yang detail dan mungkin kurang nyaman dibaca oleh beberapa orang. Silahkan di skip apabila kalian tidak nyaman membacanya. Terimakasih. Artikel ini sifatnya cerita pengalaman pribadi untuk memberikan informasi.
Minggu, 8 Agustus 2021
Hari Minggu pagi setelah aku tau bahwa janin yang ada di dalam kandunganku tidak berkembang, aku putuskan untuk memasak makanan favorit suami. Sambil menunggu beras yang aku tanggar di atas kompor matang, aku mencuci baju.
Tiba-tiba aku merasa ada yang aneh. Benar saja, ternyata ada flek. Aku coba bangunkan suamiku yang baru tidur selepas subuh. Dia sedang banyak pekerjaan memang. Jam tidurnya terbalik. Malam kerja, pagi tidur.
Jujur, aku deg-degan saat itu. Kemudian karena suamiku masih belum sepenuhnya bangun, aku mengirim pesan ke mama mertua. Saat sedang menggoreng ayam tepung, beliau tiba-tiba sudah sampai di depan rumah.
Beliau panik. Beliau langsung membangunkan suamiku. Ah, pasti dia akan uring-uringan setelah ini karena tak cukup tidur.
Suamiku langsung bersiap berangkat ke Rumah Sakit Sari Mulia. Alhamdulillah bisa menggunakan layanan BPJS. Sayangnya, tindakan medis tidak bisa dilakukan hari Minggu itu karena ada beberapa syarat untuk klaim BPJS yang harus kami penuhi.
Pengalaman Kuret RS Sari Mulia Banjarmasin dengan Layanan BPJS
Pada hari Senin pagi, sekitar pukul 10, aku dan suami berangkat ke Rumah Sakit Sari Mulia. Kami sudah mengantongi beberapa informasi untuk syarat kuretase di RS Sari Mulia dengan layanan BPJS. Oh iya perlu digaris bawahi ya, bahwa syarat ini bukanlah dari pihak rumah sakit, tapi memang kebijakan dari BPJS sendiri. Syarat untuk melakukan kuret dengan BPJS antara lain :
- SWAB Antigen harus negatif
- Tes darah : hepatitis dan HIV harus negatif
- Rekomendasi dokter BPJS yang praktik di RS Sari Mulia (waktu itu menggunakan layanan umum, bukan pasien BPJS)
- Screening tes darah lengkap harus negatif
- Tidak ada riwayat darah tinggi
Bagaimana biayanya? Biaya pribadi. Jadi untuk keseluruh kelengkapan persyaratan kurang lebih kami mengeluarkan 1jt rupiah. Lantas bagaimana jika hasil tes Antigen dinyatakan positif? Berdasarkan informasi dari bagian IGD, jika hasil tes positif maka tindakan kuretase harus dilakukan di rumah sakit yang menangani Covid-19.
Cek Darah dan Antigen
Sesampainya di RS Sari Mulia pukul 10.30, suamiku langsung ke IGD untuk mendapatkan rekomendasi cek darah dan juga antigen. Oh iya sebelum melakukan cek darah, aku harus puasa minimal 4 jam.
Sejujurnya aku paling “nggak nyaman” melakukan cek darah. Pembuluh darahku cenderung tipis. Jadi pengambilan sampel darah bisa beberapa kali dilakukan karena pembuluh darahnya pecah sebelum darahnya “disedot”.
Antigen di RS Sari Mulia menurutku sangat nyaman. Petugasnya sangat profesional. Jadi nggak terlalu drama yang sampai “meneteskan air mata” waktu antigen. Tapi ya tetap saja nggak ada yang enak dari rangkaian tes medis. Hehehe.
Sambil menunggu hasil tes darah dan antigen keluar kurang lebih 1 jam, aku dan suami memutuskan untuk makan siang. Kima Coffee yang berada di Jl Bali menjadi tujuan kami.
Sejujurnya saat itu aku sangat deg-degan dan patah hati sekaligus. Nak, terimakasih sudah datang di hidup kami walau sesaat.
Pengalaman Kuret di RS Sari Mulia Pelayanan yang Ramah
Sebenarnya waktu itu aku dan suami cukup khawatir jika tidak bisa mendapatkan layanan BPJS di RS Sari Mulia. Bukan disebabkan rumah sakitnya tidak melayani BPJS, tapi karena di kartu BPJS-ku nama wilayahnya Tanah Laut, bukan Banjarmasin. Biasanya kalau berbeda wilayah, harus ada surat rujukan dari rumah sakit sesuai kartu BPJS.
Alhamdulillah tim pelayanan di IGD memberikan solusi. Saat itu mereka mengatakan jika kondisi yang aku alami termasuk kategori darurat. Jadi bisa tanpa rujukan. Tapi kami harus mendapatkan rekomendasi dari dokter BPJS di RS Sari Mulia. Sebelumnya aku memang ada konsultasi di dokter spesialis kandungan RS Sari Mulia, tapi beliau dokter umum.
Tim IGD memberikan rekomendasi dokter Teguh Waluyo. Sayangnya pada hari Senin beliau tidak praktik di Kliknik Spesiali Sari Mulia. Jadi kami mencoba menghubungi klinik lain tempat beliau praktik. Ternyata hari sudah penuh untuk konsultasi hari Senin. Mau menunda ke hari Selasa? Oh tidak bisa. Karena di hari Senin, aku mengalami pendarahan. Walaupun tidak dalam kondisi yang “deres banget”.
Lagi-lagi tim IGD RS Sari Mulia memberikan solusi. Yaitu konsultasi ke dokter Anhar Dani yang praktik jam 13.00 di Klinik Spesialis Sari Mulia. Masih ada waktu setengah jam. Kami pun langsung ke tempat pendaftaran. Alhamdulillah dapat nomor pertama. Sambil menunggu jam 13.00, aku dan suami santai di kantin RS Sari Mulia.
Bertemu dengan Dokter Anhar Dani
Pukul 13.30 dokter Anhar sampai dan kami langsung masuk ke ruang konsultasi. Sebelum melakukan USG, beliau melihat rekam medis dari USG yang aku lakukan sebelumnya. Selanjutnya beliau juga memberikan beberapa penjelasan tentang kondisi yang sedang aku alami yaitu blighted ovum. Blighted ovum atau hamil kosong dapat terjadi karena sel sperma atau sel telur kurang baik. Bukan karena kegiatan yang aku lakukan selama kehamilan.
Setelah melakukan USG, beliau pun memberikan penjelasan lanjutan. Perihal miom yang aku punya, sebenarnya tidak mengganggu kehamilan. Kemudiam beliau juga menjelaskan untuk program hamil selanjutnya dapat dilakukan setelah 4x datang bulan. Beliau juga menyarankan selama masa program hamil suamiku harus mengurangi atau berhenti merokok. Kami harus sama-sama mengkonsumsi makanan yang sehat seperti sayur dan buah organik, serta vitamin E dan susu program hamil untuk aku.
Setelah konsultasi kurang lebih 15 menit, beliau memberikan surat rekomendasi kuretase yang dijadwalkan pukul 20.30 wita.
Kuretase di RS Sari Mulia
Setelah dokumen syarat kuretase dengan BPJS lengkap, kami pun ke IGD. Ternyata masih harus satu kali lagi screening cek darah lengkap. Kami pun menunggu hasil lab keluar kurang lebih satu jam. Selama menunggu aku cuma merapalkan doa : semoga semua hasil cek darahnya negatif aamiin.
Alhamdullilah hasil tes darahnya negatif. Suamiku pun langsung mengurus dokumen prosedur medis kuretase dengan BPJS. Pukul 15.30, suster mengantar aku ke ruang transisi sebelum prosedur kuretase. Hanya boleh satu orang yang menunggu pasien.
Jika dihitung, proses pengurusan dokumen untuk kuretase dengan BPJS di RS Sari Mulia kurang lebih 4 jam. Itu sudah termasuk nunggu hasil lab, konsultasi dengan dokter, makan siang, dan lainnya. Suamiku pun cerita kalau semua tenaga medis di RS Sari Mulia sangat ramah melayani tindakan medis kami yang menggunakan BPJS. Sama sekali tidak dipersulit.
Ruang Transisi
Saat tiba di ruang transisi, suster langsung memberikan pakaian ganti berupa baju “tahanan rumah sakit” dan juga sarung. Yang aku bingung saat itu adalah harus lepas celana dalam, padahal aku lagi pendarahan.
Oh ternyata ada diberi lapisan. Lapisan itu seperti pembalut yang bentuknya lembaran. Kalau tidak salah namanya underpad.
Sekitar 15 menit kemudian, suster datang lagi. Kali ini beliau bertugas untuk memeriksa apakah aku sudah ada pembukaan. Aku langsung melongo. Beliaupun menjelaskan walaupun kuretase , tapi harus ada pembukaan. Setelah beberapa detik beliau memeriksa, ternyata belum ada pembukaan walaupun aku sudah pendarahan. Akhirnya beliau menjelaskan aku harus diinduksi dengan obat oral (diminum lewat mulut) dan juga lewat jalan lahir. Well, ini yang terakhir itu kurang nyaman.
Jadi ternyata begini rasanya orang yang mau melahirkan? Tapi ini case nya berbeda. Rasanya sama : perut tidak nyaman seperti lagi diare tapi nggak bisa BAB (pahamkan rasanya seperti apa?) dan pinggang rasanya mau copot. Suster saat itu hanya memberikan nasihat : sambil baca sholawat dan dzikir ya mba.
Oh iya, aku harus puasa lagi sekarang untuk proses kuretase. Kurang lebih 4 jam.
Sekitar 10 menit, ada suster lagi datang. Kali ini beliau bertugas memasang infus. Alamak, aku benci diinfus. Hahaha. Apalagi saat ini aku sangat-sangat “tidak ingin” diinfus. Masalahnya, aku dalam kondisi “sehat” dan harus diinfus. Jarumnya itu loh gede. Sakit pas disuntikan. Tapi bagaimana lagi, memang prosedurnya demikian.
Dear Suamiku
Selama menunggu proses kuretase, suamiku ada di sebelahku. Sesekali dia keluar dan ganti dengan mama mertuaku. Loh ke mana orangtuaku? Silahkan baca cerita sebelumnya di artikel “Mungkin Kami Belum Pantas“.
Beberapa menit setelah pemasangan infus, aku pengen pipis. Tapi aku bingung. Bagaimana caranya pergi ke toilet? Kalau aku pergi, si pembalut itu kan harus aku tinggal. Aku nggak nyaman meninggalkan pembalut dengan kondisi kotor. Tapi aku harus ke toilet.
Istri : Aku pengen pipis, tapi aku bingung gimana pembalutnya?
Suami : Kenapa bingung? Ya tinggal ke toilet, nanti aku bawain infusnya.
Istri : Tapi kan pembalutnya “kotor”.
Suami : Nggak apa-apa.
Istri : Kamu nggak risih atau jijik gitu?
Suami : Enggak. Kan memang kondisinya seperti ini. Bukan kondisi yang kita inginkan.
Istri : Maaf yaaa.
Suami : Udah nggak apa-apa.
Ya ampun aku menulis percakapan ini sambil nangis. Inget kenangan saat itu. Saat kita saling perpegangan tangan, saling menguatkan.
Sampai akhirnya aku sadar. Saat menjalani rumah tangga, ada yang lebih penting dari cinta. Yaitu menerima. Saling menerima kekurangan atau kelebihan pasangan. Menerima kondisi yang terjadi bahwa manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Menerima bahwa tidak semua hal dalam rumah tangga berjalan mulus. Lalu sama-sama menerima semua cobaan yang datang. Menerima semua berkah dengan rasa syukur dan percaya semua takdir Tuhan adalah yang terbaik.
Proses Kuretase
Tepat pukul 20.15 suster datang. Beliau menuntun aku ke ruang tindakan. Oh iya, proses kuretase ini dijalankan dengan prosedur bius total selama kurang lebih 30 menit.
Di ruangan yang (mungkin) berukuran 5×5 ada kursi yang memungkinkan aku duduk dengan nyaman selama proses kuretase. Tidak hanya itu juga ada lampu yang saat dinyalakan pasti sangat terang.
Suster yang ada di dalam ruangan langsung memasang sfigmomanometer (alat tensi) dilengan kananku. Ternyata sfigmomanometer ini terhubung ke mesin pendeteksi detak jantung. Bunyi “bip bip bip” terdengar di telinga kananku. Setelah si suster memasang selang oksigen. Jujur rasanya deg-degan banget.
Oh iya, selama proses kuretase aku tetap menggunakan masker.
Setelah semua alat terpasang, ada lagi suster yang datang. Kali ini dia memberikan obat pereda nyeri yang dimasukan (maaf) ke dalam anus. Kemudian dilanjutkan dengan menyuntikan obat tidur lewat selang infus.
Sekitar pukul 20.30 dokter Anhar datang. Saat beliau datang, si suster sedang menyuntikan obat bius lewat selang infus. Obat bius berwarna biru itu saat masuk ke dalam aliran darah tangan rasanya “panas”. Dalam hitungan detik, aku sudah hilang. Hehehe.
Sekitar pukul 21.30 aku mulai sadarkan diri. Waktu itu aku masih meracau. Ngomong ke sana ke mari. Di sebelahku sudah ada si bapak. Dia memegang tanganku dengan sabar. Sambil bilang “hai”.
Aku pun menyambut dia dengan kalimat : apa begini rasanya orang mabuk ya? Kaya melayang dan relaks banget.
Setelah benar-benar sadar, pukul 22.30 aku sudah pindah ke kamar rawat inap. Sesuai dengan kelas BPJS, aku menempati ruangan kelas II.
Oh iya sebelum ke ruang rawat inap, suster memberikan bungkusan yang bisa kami kubur. Suamiku memutuskan untuk menguburkan di depan rumah kami.
Sesuai anjuran beberapa orang, bahwa sebaiknya diberi nama. Jadi aku memberi nama dia “Dodo”. Walaupun suamiku belum setuju. Hehe.
Berdamai dengan Diri Sendiri
Kahamilan pertama dan harus menghadapi pengalaman kuretase RS Sari Mulia Banjarmasin ini membuat aku dan suami belajar banyak hal. Salah satunya, kami jadi punya pengalaman ke banyak dokter spesialis kandungan di Banjarmasin.
Kami pun sepakat untuk tidak mencari siapa yang salah. Karena dalam kondisi kami, tidak ada yang perlu disalahkan. Memang harus diterima begitulah rencana Tuhan. Saat ini merupakan waktunya kami belajar.
Salah satunya adalah berdamai dengan diri sendiri.
Yang terberat saat mendapat cobaan ialah, menerima. Menerima yang artinya mampu berdamai dengan keadaan, berdamai dengan diri sendiri dan menghadapi apa yang terjadi.
Aku pun dengan percaya diri membagikan cerita pengalaman kuretase RS Sari Mulia lewat Instagram Story.
Pertanyaan Seputar Kuret di Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin
Kemarin ada banyak pertanyaan di direct message Instagramku. Ada juga yang bertanya di WhatsApp. Mungkin kalian yang mendapatkan artikel ini juga berangkat dari pertanyaan yang sama yang aku rangkum di bawah ini :
🙋 Apakah Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin Melayani BPJS?
Sesuai dengan judul artikel ini, RS Sari Mulia Banjarmasin melayani pasien BPJS. Termasuk untuk proses kuret dan melahirkan. Silahkan datang ke RS Sari Mulia bagian IGD untuk konsultasi misalnya melahirkan di RS Sari Mulia menggunakan BPJS.
Setelah mendengar pengalam kuret di RS Sari Mulia dengan BPJS, adalah salah satu temanku yang mencoba konsultasi dengan dokter Anhar. Rencananya dia ingin melahirkan di RS Sari Mulia. Alhamdulillah sudah mendapatkan rujukan melahirkan di RS Sari Mulia dengan BPJS. Tapi untuk detailnya silahkan datang ke Rumah Sakit Sari Mulia langsung ya.
🙋 Berapa Biaya Kuret di RS Sari Mulia Banjarmasin?
Karena kami menggunakan layanan BPJS, jadi kami tidak banyak mengeluarkan biaya. Biaya tambahan saat kuret di RS Sari Mulia dengan BPJS antara lain :
- Antigen
- Tes laboratorium 2x
- Konsultasi dengan dokter BPJS lewat jalur umum (karena belum pernah konsultasi ke dokte yang bersangkutan dan BPJS ku di luar wilayah Banjarmasin)
- Pindah kelas BPJS
- Obat-obatan yang tidak di cover BPJS
Total biaya tambahan yang kami keluarkan saat itu kurang lebih 2jt rupiah. Jika kalian memilih menggunakan layanan umum untuk tindakan kuret, informasi di IGD menyebutkan biaya berkisar 10jt. Tapi sebaiknya kalian langsung datang ke IGD untuk konsultasi dan pertanyaan lebih detail ya.
🙋 Apakah Tindakan Kuret Sakit?
Karena kemarin saat proses kuret aku dibius total, jadi nggak ngerasain sakit. Mungkin yang kurang nyaman itu saat harus cek darah, diinfus, dan induksi. Induksinya pun menurutku tidak sesakit yang aku takutnya. Rasanya perut itu mules karena diare tapi nggak bisa buang air besar. Bisa bayangin kan? Hehehehe.
🙋 Apakah Tindakan Kuret Berbahaya?
Kemarin saat aku konsultasi dengan dokter Hariyadi dan dokter Anhar (baca selengkapnya di : Rekomendasi Dokter Spesialis Kandungan Banjarmasin) juga tanya pertanyaan ini. Karena rumornya setelah kuret malah susah punya anak. Tapi kedua dokter ini menjelaskan proses kuret aman dilakukan. Kalau tidak dilakukan malah yang berbahaya pada kasusku.
Kenapa demikian? Jadi ku dinyatakan hamil kosong, ada kantung kehamilan tapi tidak ada lagi janinnya (padahal hasil USG sebelumnya janinnya ada). Jika dibiarkan, dikhawatirnya si kantung kehamilan ini akan menyusut dan kering. Akibatnya bisa nempel di dinding rahim dan mengakibatkan penyakit baru.
🙋 Apa yang Harus Dilakukan Setelah Kuret?
Dari hasil konsultasi dengan dokter Anhar, yang harus dilakukan setelah kuret adalah :
- Hindari mengangkat benda berat
- Minum obat yang diberikan secara teratur
- Setelah obat habis, aku dan suami melakukan USG untuk cek kondisi kandungan
- Steril dulu selama tiga bulan. Steril bukan artinya tidak boleh melakukan hubungan suami istri. Tapi jangan dulu hamil selama 3 bulan.
- Selama masa steril dianjurkan untuk konsumsi vitamin E, makan makanan organik kalau bisa, lakukan pola hidup sehat, dan jika suami merokok sebaiknya kurangi merokok. Karena zat yang ada di dalam rokok dapat mengurangi kualitas sperma.
🙋 Apa Efek Samping Setelah Kuret?
Alhamdulillah tidak ada efek samping setelah kuret yang aku rasakan. Paling selama 3 hari setelah kuret kalau jongkok ada kaya nyeri. Tapi normal kok. Nggak nyeri banget yang sampai mengganggu.
Apakah setelah kuret juga nifas? Iya ada proses nifas. Sempat banyak keluar darah tapi cuma sehari setelah kuret. Setelah itu selama 2 minggu aku cuma ada flek gitu. Oh iya saran dari dokter Anhar, sebaiknya tunggu 40 hari ya sebelum melakukan hubungan suami istri lagi.
Masih ada pertanyaan lagi seputar pengalaman kuret RS Sari Mulia Banjarmasin?
Aku Tidak Sendiri
Setelah menginap satu malam di rumah sakit, pukul 14.30 siang akhirnya aku bisa pulang. Tentu saja setelah observasi setelah kuret dan administrasi selesai. Alhamdulillah dari awal mengurus proses kuret sampai pulang pihak Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin memberikan pelayanan terbaik dan sangat ramah.
Ternyata saat itu gerimis mengguyur Kota Banjarmasin. Akhirnya suamiku memesan taxi online untuk aku pulang.
Saat masuk ke dalam mobil, ternyata sopirnya laki-laki. Beberapa waktu kami saling diam. Sampai akhirnya aku menanyakan beberapa hal seperti : sudah berapa lama jadi sopir taxi online. Kemudian kami pun bercakap-cakap :
👨 : Sakit apa mba?
👩 : Oh saya nggak sakit mas. Tapi habis kuret karena janinnya tidak berkembang, terus hasil akhirnya hamil kosong mas.
👨 : Mahal ya mba?
👩 : Saya pakai BPJS mas. Jadi terbantu. Hanya bayar biaya screening, antigen, dan obat yang tidak di cover BPJS.
👨 : Oh bisa BPJS ya mba di RS Sari Mulia. Sakit nggak mba kuret?
👩 : Iya mas bisa BPJS. Alhamdulillah saya nggak ngerasain sakit sih mas karena bius total. Bisa dibilang nggak ada rasanya.
👨 : Kan kata orang kuret lebih sakit dari pada melahirkan mba?
👩 : Wah saya alhamdulillah nggak ada keluhan mas. Mungkin yang bilang sakit itu orang-orang dulu ya? Sekarang kan ilmu kesehatan sudah berkembang.
👨 : Jadi mba istri saya juga baru keguguran. Usianya sekitar 3 bulan. Tapi waktu itu keluar darah langsung dan istri saya nggak mau kuret. Akhirnya dibiarkan sampai selesai pendarahannya.
👩 : Wah saya kurang tau ya mas apakah boleh seperti itu. Tapi ada baiknya mas ke dokter spesialis kandungan dan melakukan USG untuk cek apakah sudah bersih.
👨 : Iya mba. Saya nggak masalah kalau memang nggak pakai BPJS. Asal istri saya sehat mba. Saya takut juga kalau misalnya keguguran tapi nggak kuret bisa menyebabkan penyakit mba.
👩 : Kalau saya kemarin memang diberi saran untuk melakukan kuret mas. Untuk kasus istri mas, sebaiknya ke dokter aja mas. Mungkin dokter punya jawaban yang terbaik berdasarkan ilmu yang mereka miliki.
👨 : Di RS Sari Mulia sama dokter siapa mba?
👩 : Saya awalnya dengan dokter Hariyadi mas. Beliau salah satu dokter kandungan yang bagus di Banjarmasin. Tapi tidak melayani BPJS. Jadi dari RS Sari Mulia memberikan rekomendasi dokter Anhar Dani. Dokternya bagus mas. Kalau mas mau konsultasi tentang kehamilan dan program hamil bersama istri bisa ke dua dokter tadi.
Kalian tau nggak apa yang aku rasakan saat itu? Seakan-akan Allan sedang memberikan pesan bahwa aku tidak sendiri. Akhiri semua sedih dan ikhlaskan apa yang memang seharusnya pergi. Dan aku senang pengalaman kuret RS Sari Mulia bisa aku bagikan ke mas sopir taxi online itu.
Terimakasih
Terimakasih untuk suamiku tercinta yang sudah sama-sama berjuang hingga sejauh ini. Ya! Kita hebat, kita kuat. InsyaAllah nanti ada rezeki lagi. Kita usahakan yang terbaik untuk calon buah hati kita selanjutnya.
Terimakasih juga untuk Rumah Sakit Sari Mulia yang selalu memberikan pelayanan terbaik.
Semoga artikel “Pengalaman Kuret RS Sari Mulia Banjarmasin dengan BPJS 2021” ini bermanfaat ya.
PS
Peluk dari jauh
sabar ya mbak, pasti ini berat
doaku semoga mbak dan keluarga bisa sabar menghadapi cobaan ini
dan segera diberi keturunan di saat yang tepat
aamiin kak terimakasih yaa
Waduh semangat terus ya mbak. Semoga diberikan kekuatan dan dapat segera pengganti yang barunya
harus dong kak
sebenarnya cerita ini saya tulis karena kemarin cukup banyak yg tanya proses dan lainnya
ada juga teman chat karena mengalami hal serupa. jadi semoga artikel ini bisa menguatkan untuk mereka yang mengalami hal serupa
Tetap semangat dan semoga segera bisa hamil lagi kalau memang itu yang diharapkan ya… Bener sih.. menerima itu tidak mudah..apalagi menerima takdir dari Yang Maha Kuasa ya.. Tapi kita yakin itulah yang terbaik..
Betul banget kak. Saya cuma yakin, setiap ketentuan Allah adalah yang terbaik. Mungkin saat ini kami masih belum pantas. Jadi fokus memperbaiki diri dan memantaskan diri untuk menjadi orangtua yang baik ❤️
Bagus banget tulisannya, lengkap dan informatif
karena bagaimanapun kuret = melahirkan,
sama-sama merasa sakit, bedanya gak ada bayi yang bikin tersenyum sesudah kuret
Terimakasih sudah mampir kak Maria
Sehat selalu ya kak
baru tahu aku proses dikuret ternyata begini ya. terima kasih infonya, putri. semoga segera diberi ganti ya untuk bayinya
Hmm jadi teringat pengalaman saya mendampingi istri kuret anak ketiga kami Mbak, sampai saat ini saya belum bisa dan sempat menuliskannya. Semoga lekas diberikan kepercayaan lagi ya Mbak oleh Allah, sehat dan selamat sampai lahiran aamiin.
Per januari 2022 rs sari mulia tidak kerjasama dengan bpjs lagi
Wah beneran kak?