Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Dapur, Laboratorium Perempuan di Rumah

3 min read

dapur laboratorium wanita

dapur laboratorium wanita

Lilpjourney.com | CookXperience – Kata siapa gue memang sudah berbakat memasak sejak dulu? Kenyataanya gue baru bisa memegang pisau sejak ngekost tahun 2013. Dan baru benar-benar mahir memainkan pisau dan racikan bumbu tiga tahun belakangan ini. Dan ya dapur, laboratorium perempuan di rumah.

Dinda Hauw dan Drama Perempuan di Dapur

Bulan Juli lalu jagat instagram ramai dengan berita pernikahan Rey Mbayang dan Dinda Hauw. Sehari setelah pernikahan mereka, ada kabar yang lebih mengejutkan bahwa Dinda Hauw mengaku nggak bisa masak mie instan. Sebenarnya nggak salah sih ketika seorang cewek tidak mahir memasak. Tapi ini mie instan? Hehehe.

Sejak dulu gue mempunyai prinsip : tidak ada yang mustahil selama kita mau belajar dan mencoba. Seperti urusan rumah (tangga). Nenek (almh) dan ibu sering berpesan sebagai seorang wanita harus terampil di dapur. Setidaknya harus mahir satu atau dua menu.

Jangan sampai kamu cuma bisa masak mie instan dan telur dadar nduk,” tutur ibu.

Semua drama dapur pun dimulai. Seorang gadis 20 tahun bereksperimen di dapur. Apa yang terjadi? Sayur sop yang rasanya nggak banget. Mual saat mencuci ayam. Sambal goreng yang rasanya bikin bingung. Dan nasi yang seperti bubur.

Trial and error merupakan hal yang lumrah saat kita belajar. 

Saat Semua Urusan Dapur Harus Sendiri

Salah satu yang memotivasi gue untuk belajar masak adalah rasa rindu pada kampung halaman. Gue lahir dan besar di Tulungagung, Jawa Timur bersama kakek dan nenek. Berulah menginjak usia 15 tahun gue pindah menyusul ibu ke Tanah Laut, Kalimantan selatan. Dan pada usia 20 tahun gue pindah ke Banjarmasin.

Tinggal sendirian di kota orang sunggung tidak pernah ada di dalam rencana hidup gue. Kalian tau tinggal sendiri memang membawa banyak perubahan. Baik dalam sisi psikologis dan kebiasaan. Jika dulu setelah bangun tidur, sudah ada sarapan yang menunggu disantap. Maka tidak saat gue tinggal sendiri.

Bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan walaupun hanya telur dadar atau mie instan adalah rutinitas baru. Bahkan dulu sewaktu masih tinggal bersama nenek, gue nggak pernah ikut bermain dalam kegabutan pagi. Jadi mengurus rumah adalah hal baru buat gue.

Dulu yang mencuci baju, menyeterika, membersihkan rumah dan memasak adalah nenek. Gue hanya ditugaskan untuk belajar.

Kangen Masakan Nenek

Nenek punya sebuah dapur, laboratorium perempuan, mungil di rumah. Lantainya masih tanah. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu bernama gedek. Sederhana. Dan alhamdulillah tahun ini dapur nenek sudah direnovasi, tapi nenek sudah pulang. Dia tidak lagi duduk di amben (kursi dari bambu) sambil mengupas bawang.

Jika dipikir-pikir lagi, semua masakan nenek berbahan dasar tahu, tempe dan telur. Tapi diolah dengan berbagai resep. Ada botok, ada pepes, pecel, sambal goreng dan opor. Dan gue terdoktrin dengan cita rasa masakan nenek. Alhasil setiap gue belajar masak, gue telpon nenek. Pokoknya rasanya harus sama.

Belajar Mencuci Ayam dan Ikan

Gue selalu menutup hidung saat ibu mengajak belanja ayam di pasar. Bahkan seingat gue sampai umur 20 tahun gue nggak pernah mencuci ayam. Selain karena bau amis yang membuat gue mual, gue juga nggak tega memegang dan memotong makhluk hidup yang sudah tidak bernyawa itu.

Tapi itu dulu. Hehehe. Sekarang mah udah cas cis cus aja. Apalagi semenjak punya usaha catering makanan. Mau nggak mau gue terbiasa dengan aroma ayam mentah. Bahkan sekarang sudah mendapat teknik untuk memasak ayam yang enak dan dagingnya lunak.

Selain ayam, gue juga nggak bisa memasak ikan. Boro-boro masak, makan aja nggak bisa. Hehehe. Tapi semenjak merencanakan menikah, gue belajar memasak apapun yang gue nggak pernah masak dan nggak bisa gue makan. Alasannya sederhana, karena dia suka ikan dan cumi-cumi. Dan gue mau punya anak yang sehat, tidak pilah-pilih makanan. Jangan sampai seperti gue.

Sekarang ayam, udang, cumi-cumi dan ikan adalah sahabat gue di dapur.

Aplikasi Resep Masakan Kunci Mendapatkan Hati Laki-laki

yummy app mockup

Era industri 4.0 ini telah membawa banyak kemudahan dan perubahan. Salah satu kemudahan yang gue rasakan adalah adanya aplikasi resep masakan seperti cookpad dan yummy app.  Yummy app aplikasi resep masakan yang semua resepnya sudah melalui proses uji dan seleksi oleh pada chef. Sedangkan cookpad lebih banyak pilihan resep dan kalian bisa dengan mudah berbagi resep.

Baca Juga : Aplikasi Yummy App

Selain sudah mahir memainkan resep masakan, gue juga suka membuat aneka kue. Entah kue basah atau kering. Dan semua resepnya gue contek dari dua aplikasi di atas. Salah satu yang paling gue suka adalah Japanese cheesecake dan risoles hehehehe. Tau nggak alasan kenapa gue suka masak kue? Karena saat itu gue sedang PDKT sama cowok yang suka olahan coklat. Hahaha.

Gue percaya, dari lidah turun keperut lewat hati. 

Ternyata nasihat ibu dan nenek benar. Jika bisa membuat laki-laki betah dengan masakan mu, dia akan jatuh hati padamu. Hehehe. Ini serius loh. Sesukses apapun laki-laki yang pernah gue temui, bisa makan enak dimanapun, tapi dia paling suka kalau gue masakin. Hahaha.

Bisa Masak adalah Kunci Hemat

Belajar memasak ternyata mampu memangkas budget makan di luar. Satu kali makan ayam lalapan di luar seharga Rp 20.000/porsi. Sedangkan saat kita masak sendiri, bisa jadi dua porsi jumbo. Hehehe.

Jika gue hitung, sebelum bisa masak sendiri dan sekarang. Hampir 1 juta bisa gue tabung setiap bulannya. Apalagi setelah gue megurangi ngopi di cafe dan membeli alat kopi sendiri. Waaah banyak sekali budget yang terpotong rapi. Hehehe.

Tadinya Otodidak, Sekarang Jadi Bisnis

Walaupun diawali dengan otodidak, aktivitas bereksperimen di dapur telah menjadi ladang bisnis. Masih skala kecil memang. Tapi alhamdulillah cukup untuk menambah uang belanja.

Dari risoles, empek-empek, Japanese cheesecake, bolu dan catering makanan alhamdulillah berhasil membuat pelanggan gue happy. Oh iya usaha rumahan gue ini dulunya bernama Naughty Kitchen dan saat ini rebranding dengan nama Dapur Calon Mantu Ibu. Hehehe. Alasan kenapa gue mengambil nama Dapur Calon Mantu Ibu karena ingin melepas persepsi bahwa perempuan baru bisa memasak setelah menikah. Padahal ada banyak kok perempuan yang memang mahir walaupun belum menikah.

Gue percaya apapun yang kita pelajari dengan tekun akan berbuah manis.

PS
Peluk dari jauh

Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *