Belajar Social e-commerce Bersama PT Komunitas Cerdas Indonesia | health – Sadar nggak sih ada banyak perilaku kita yang berubah semenjak pandemi? Salah satunya kebiasaan belanja. Dulu gue lebih suka belanja di offline store dibandingkan online store. Rasanya lebih suka melihat barang langsung ketimbang dari media elektronik. Padahal nggak semua yang kita cari ada di offline store. Jika dulu smartphone hanya untuk aktivitas sosial, sekarang kita bisa berbelanja lewat HP. Kebiasaan baru ini kemudian memunculkan social e-commerce.
Apa Itu E-commerce
Hayo siapa di sini yang masih menyamakan e-commerce dengan marketplace? Jadi Electronic commerce merupakan segala bentuk aktivitas jual beli yang dilakukan melalui media elektronik. Sedangkan marketplace merupakan model e-commerce yang berfungsi sebagai perantara antara penjual dan pembeli.
E-commerce mempunyai beberapa jenis, yaitu :
- Business to business (B2B)
Di mana sebuah perusahaan menjual produk atau jasa kepada perusahaan lainnya. Biasanya pembeli memesan barang dalam jumlah besar. - Business to consumer (B2C)
Sebuah perusahaan menjual produk atau jasa kepada konsumen. Pelanggan dalam e-commerce B2C hanya mengecer. Pernah beli barang di toko online? Nah itulah salah satu contohnya. - Consumer to consumer (C2C)
C2C adalah transaksi online antara dua individu. Contohnya saat kalian menjual barang bekas ke orang lain di internet. - Consumer to business (C2B)
E-commerce C2B adalah saat seseorang menjual produk atau layanan kepada sebuah perusahaan. Contohnya gue. Seorang content creator dan graphic designer yang menawarkan pembuatan video promosi ke sebuah perusahaan. - Business to public administration (B2A)
Jenis e-commerce B2A adalah transaksi pelaku bisnis dan lembaga pemerintah. Contohnya pembuatan website pemerintah. - Consumer to public administration (C2A)
Transaksi dilakukan oleh individu dan lembaga pemerintah. Jenis transaksi yang terjadi biasanya berbentuk jasa.
Digitalisasi Usaha
Di awal pandemi kemarin, gue dan rekan-rekan industri kreatif terutama event, memang sepi job. Tapi bukan “industri kreatif” namanya jika tidak bisa menjawab tantangan keadaan. Kami pun aktif berselancar di dunia digital. mengamati dan mencari apa yang kiranya bisa kami olah menjadi peluang usaha baru.
Jika dulu konser dilakukan secara offline, sekarang bisa konser online menggunakan studio virtual. Jika dulu gue mau jalan-jalan ke luar kota harus beli tiket pesawat, sekarang tahan dulu dan diganti dengan virtual tour.
Ada satu kesimpulan yang menarik selama pandemi ini. Bahwa roda perdagangan tetap berputar. Tapi kebiasaan manusialah yang berubah. Industri e-commerce yang semakin dekat dengan kita pun memungkinkan untuk beli obat dari rumah! Nggak perlu repot ke apotek dan antri.
Berdasarkan data dari JawaPos.com, di tahun 2020 terjadi lonjakan pengguna internet di Indonesia sebanyak 21 juta pengguna internet. Jika di tahun 2019 pengguna internet di Indonesia sebanyak 175 juta pengguna, di tahun 2020 naik menjadi 196 juta pengguna.
–JawaPos.com, 8 November 2020.
Pengguna Aktif Internet
Tidak bisa dipungkiri, gue merupakan salah satu dari 196 juta pengguna aktif internet di Indonesia. Jika kalian bertanya berapa lama gue menghabiskan waktu dengan smartphone, mungkin sekitar 6-8 jam sehari.
Apa yang gue lakukan selama 6-8 jam itu? Pertama membuka sosial media untuk sekadar bersosialisasi dengan teman virual, membaca komik online, belajar online, dan sesekali check out belanjaan.
Gue sadar ini bahaya. Karena gue jadi jarang bergerak. Padahal saat pandemi kita harus punya metabolisme tubuh yang bagus. Akhirnya mengkonsumsi suplemen kesehatan menjadi salah satu kebutuhan gue untuk menjaga imun tubuh.
Dan kali ini gue mau mengajak kalian berkenalan dengan sebuah konsep baru yang menggabungkan sosial masyarakat dan e-commerce.
Apa Itu Social e-commerce?
Digitalisasi usaha inilah yang kemudian PT Komunitas Cerdas Indonesia (PT KCI). Lebih menarik lagi karena PT KCI berhasil membuat terobosan baru di dunia digital yaitu social e-commerce.
Jadi social e-commerce adalah sebuah inovasi platform digital dari PT Komunitas Cerdas Indonesia. Konsep baru platform digital ini mampu memberikan pilihan pada penggunanya tidak hanya berinvestasi tetapi juga bisnis di masa mendatang yang dituangkan di mobile apps bernama Viplus.
Mata gue langsung segar mendengar kata “bisnis” dan “investasi”. Karena jujur saja, sejak pendemi gue jadi lebih sadar tentang pentingnya mempunyai investasi.
Konsep Kerjanya PT Komunitas Cerdas Indonesia
Jadi PT Komunitas Cerdas Indonesia sebagai developer Viplus mobile apps, mempunyai 3 konsep kerja :
1# Social concept
Sebuah konsep baru yang menggabungkan kekuatan sosial masyarakat dengan industri digital big data.
2# Social E-commerce
Menggunakan kekuatan masyarakat dalam meningkatkan percepatan distribusi produk secara digital.
Kesimpulan
Di masa pandemi seperti sekarang, kehadiran PT Komunitas Cerdas Indonesia menjawab semua kebutuhan kita. Di mana kita nggak cuma bisa beli/jual, tapi juga bisa berinvestasi. Menarik bukan? Jujur gue sangat penasaran konsep social e-commerce dari PT Komunitas Cerdas Indonesia. Terus makin penasaran juga dengan Viplus mobile apps.
Dari bisikan tetangga, di Viplus mobile apps ini kita bisa beli suplemen. Nah kan makin kepo. Gue juga! Makanya nggak sabar nunggu launching aplikasi smartphone nya PT KCI!