Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Kopi Liberika Kalimantan, Emas Hitam Tanah Laut

3 min read

kopi liberika

kopi liberikaLilpjourney.com | Jurnal Kopi Kalimantan selama ini lebih dikenal sebagai daerah penghasil batu bara. Padahal selain batu bara, masih ada satu lagi emas hitam di tanah Borneo. Tepatnya di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Kopi liberika namanya. Memang tidak seterkenal dua saudaranya, kopi arabika dan robusta.

Apa Itu Kopi Liberika

kopi liberikaMerupakan jenis kopi yang berasal dari Liberia dan Afrika Barat. Kopi ini bisa tumbuh sampai ketinggian 9 meter dari permukaan tanah (wikipedia).

Sejarah masuknya kopi jenis ini, tidak bisa lepas dari sejarah perdagangan Indonesia dan masuknya kolonial Belanda. Tepatnya pada abad ke-19, kopi ini pertama kali didatangkan ke Indonesia. Tujuannya untuk menggantikan kopi Arabika yang terserang oleh hama penyakit.

Identifikasi Dasar Kopi Liberika

Jenis kopi liberika ini mempunyai beberapa karakteristik dasar, antara lain :

  • Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan kopi Arabika maupun Robusta.
  • Lebih tahan terhadap penyakit karat daun
  • Kualitas buah relatif rendah
  • Produksi sedang, (4,-5 ku/ha/th) dengan rendemen ± 12%
  • Dapat berbuah sepanjang tahun
  • Mempunyai aroma seperti buah nangka
  • Tumbuh baik di dataran rendah

Ada beberapa varietas kopi liberika, yang paling terkenal adalah kopi Excelsa (Coffea liberica var.Dewefrei). Buahnya lebih kecil dari kopi Liberika biasa. Lalu ada Ardoniana dan Durvei yang pernah didatangkan ke Indonesia .

Kenapa Kopi Liberika Kurang Diminati Petani Kopi?

Kopi liberika mempunyai julukan kopi nangka. Selain karena aromanya yang memang seperti buah nangka, tapi juga karena tinggi pohonya yang bisa mencapai 9 meter.

Buah kopi (cherry) kopi liberika mempunyai ukuran yang relatif besar. Bentuknya bulat lonjong dengan panjang sekitar 18 sampai 30 mm, serta memiliki dua biji kopi. Biji kopinya bisa mencapai panjang sekitar 7 sampai 15 mm.

Meskipun buahnya mempunyai ukuran yang besar, namun hanya memiliki bobot kering 10% dari bobot basahnya. Artinya setelah proses penjemuran, terjadi penyusutan hampir 90%. Menyebabkan biaya panen menjadi lebih mahal.

Hal ini kemudian membuat petani kopi kurang menyukai dan enggan menanam kopi jenis liberika ini.

Sedangkan dari sisi penikmat kopi, aromanya yang cukup tajam membuat kopi ini kurang diminati. Jadi tidak heran jika kopi ini jarang disajikan di kedai-kedai kopi.

Kopi Liberika Tanah Laut

jurnal kopiKalian tau apa yang paling menyenangkan dari menikmati secangkir kopi di kedai kopi? Menjadi manusia. Berjejal dengan idealisme pemilik kedai kopi. Lalu percakapan para pengunjung kedai kopi tentu memberikan banyak informasi.  Atau tawaran touring?

Kak besok sibuk nggak? Mau ikut ke kebun kopi liberika nggak? Naik vespa”, ajak Said

Tentu gue nggak akan sibuk dan nggak akan nolak untuk kopi dan vespa. Hehehe. Jadi keesokan harinya sekitar pukul 10 pagi, gue, Said, Bang Firman dan Fadil berangkat ke Tanah Laut. By the way, ini pertama kalinya gue touring naik vespa. Hehehe. Kalau cuma keliling kota, udah pernah beberapa kali.

Tujuan pertama kami adalah ngopi di pantai Tangkisung. Lalu menginap di pantai THR (Taman Hijau Rindang) Papadaan. Keesokan paginya, kami akan melanjutkan perjalanan ke Pemalongan, Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah Laut.

Kopi Liberika Pemalongan

petani kopi liberika

Gue pernah tinggal di Tanah Laut selama tiga tahun. Dan gue baru pertama kali ini jalan ke Bajuin. Ternyata kecamatan ini cantik banget viewnya. Enak buat touring vespaan gini.

Walaupun hati gue patah ketika melihat hutan tergusur oleh sawit. Jalan aspal disini bisa dikatakan mulus. Hanya 10% aspal di perjalanan yang kami tempuh dari tugu Pelaihari hingga masuk ke Bajuin yang rusak.

Saat memasuki desa Pemalongan, gue semakin terpesona. Ketinggiannya mungkin hanya 300 mdpl. Tapi disini sayur mayur tumbuh subur. Daerah ini juga merupakan salah satu daerah transmigrasi. Tidak heran jika kebanyakan yang bermukim disini adalah orang Jawa. Seperti petani kopi yang akan kami temui ini.

Tembakau dan Kopi Jahe

green beans liberikaPak Paidi. Begitulah beliau memperkenalkan diri. Sosok petani kopi liberika asal Pemalongan, Tanah Laut. Melihat kami yang jauh-jauh datang dari Banjarmasin ke Pemalongan, kami langsung dijamu dengan kopi. Tentu kopi hasil kebun beliau.

Mau kopi hitam atau kopi jahe?” tanya istri Pak Paidi.

Sejurus kemudian, beliau mengeluarkan kotak berisi tembakau, kertas rokok dan cengkeh. Tentu para lelaki yang bersama gue tidak menyianyiakan kesempatan ‘melinting rokok’ ini.

Usut punya usut, untuk menghemat biaya rokok, beliau menanam tembakau sendiri. Kemudian menjemur tembakaunya sendiri. Bisa dikatakan jiwa petani beliau begitu kuat.

Mengunjungi Kebun Kopi Liberika

Berbeda dengan perkebunan kopi yang pernah gue kunjungi sebelumnya. Perkebunan kopi liberika ternyata jarak tanamnya saling berjauhan. Dan seperti identifikasi di atas, pohon kopinya tinggi menjulang. Jika dihitung mungkin pohon kopinya kurang dari 20 pohon.

Hasil buahnya tak serimbun kopi arabika ataupun robusta. Menariknya, didahannya yang besar juga menumbuhkan cherry kopi. Bisa kalian bayangkan bagaimana cara memanen kopi dari bawah hingga atas pohon? Dari satu dahan ke dahan lainnya?

Membabat Sawit untuk Air

Ditengah serunya percakapan kami seputar kopi, Pak Paidi menuturkan bahwa dulu beliau sempat menanam sawit. Tapi setelah merasakan dampaknya, beliau memutuskan untuk membabat pohon sawitnya.

Habis saya nanam sawit beberapa tahu, kok sumber air jadi kering ya. Terus juga jadi tandus. Akhirnya belajar dari situ saya memutuskan untuk membabat sawit. Karena merasakan sendiri dampaknya”, tutur Pak Paidi.

Proses Kopi dan Lirikan dari Pemerintah

Bisa dikatakan industri kopi merupakan salah satu industri yang paling menjanjikan sekarang. Padahal sejak zaman Kolonial Belanda, Indonesia sudah dikenal sebagai negara penghasil kopi. Produksi kopi di tanah air pun semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini tentu menjadi kabar baik, bukan hanya untuk para pengusaha kedai kopi, tapi juga petani kopi seperti Pak Paidi ini.

Perihal pengolahan kopi paskan panen, Pak Paidi menggunakan proses natural. Untuk pengupasan kulit kopi, beliau menggunakan lumpang. Penumbuk yang berasal dari batu. Sedangkan proses sangrainya, beliau menggunakan wajan dan tungku. Memang masih cukup tradisional. Tapi hasilnya tetap nikmat.

Bantuan dari Pemerintah

Masing-masing daerah saat ini menggenjot sektor perkebunan kopi. Tidak terkecuali Tanah Laut. Kopi liberika Kalimantan menjadi salah satu pendatang kopi Indonesia. Bahkan dari pengakuan Pak Paidi, pemerintah melalui Dinas Pertanian sedang mengusahakan bantuan alat olah kopi. Seperti mesin proses kopi paska panen dan mesin untuk menyangrai kopi.

Perjuangan Pak Paidi agar produk kopinya dilirik oleh pemerintah tentu bukan upaya yang sebentar. Apalagi saat ini berdasarkan penuturan beliau, kendala yang dihadapi adalah terbatasnya hasil panen. Sedangkan permintaan kopi semakin meningkat.

Semoga kedepannya tidak hanya alat, tapi pemerintah juga menyediakan lahan. Mungkin petani kopi liberika seperti Pak Paidi bisa dipercaya untuk pembinaan. Karena seperti kata beliau, pendidikan boleh rendah. Tapi jangan lelah belajar. Jangan lelah untuk mencari pengalaman.

Pengalaman adalah guru terbaik.

Apapun Kopinya, Petanilah Pahlawannya

Sebelum pulang, Pak Paidi memberi gue oleh-oleh dua buah pohon kopi untuk gue tanam di rumah. Sekarang tingginya kurang lebih 40cm. Semoga subur dan cocok tinggal di kota. Hehehe.

Tidak peduli jika kopi ini kurang diminati. yang jelas, semakin banyak kopi yang kamu coba, semakin banyak pula pengalaman lidahmu. Jangan berhenti pada satu rasa. Menyukai boleh, tapi jangan sampai membuatmu terjabak pada satu jenis kopi.

Terimakasih untuk petani kopi yang telah mengahasilkan kopi-kopi enak.

Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

16 Replies to “Kopi Liberika Kalimantan, Emas Hitam Tanah Laut”

  1. Menarik artikelnya kak. Jadi penasaran dgn kopi liberika. Apakah kopi liberika yg ditanam di daerah lain juga ada rasa nangkanya ya kak?

    1. Pasti seger bgt ini kopinya, jadi pengen nyobain malahan, uwuuuu nikmat

  2. oh jadi susutnya banyak ya mbak
    aku pernah si nemu beberapa petani di Dampit Malang yang nanam ini tapi kebanyakan mereka nanam jenis robusta

    penasaran si sama baunya katanya emang nyegrak banget

  3. Padahal biasanya sering ke pelaihari, bahkan kadang kebajuin juga ketempat keluarga. Tapi baru tau ada kopi enak disana. Wajib coba nih kalau nanti kesana lagi….

    Semoga saja kopi dari kalsel ini dapat dikenal masyarakat luas seperti kopi dari daerah lainnya di Indonesia.

  4. Jenis-jenis kopi banyak ya. Beruntung orang-orang menyukai kopi bida banyak pilihan hihi. Kebetulan saya sukanya makanan rasa kopi aja. Kalau minum kopi langsung belum bisa

  5. Bagus dah beliau akhirnya bertani kopi. Krn kl nanam sawit, ya gitu rakus air. Jadi air tanah pun ikut tersedot dan jadi tandus

  6. Aku blm prnh nyoba Liberica, tp jujurnya pas denger aromanya kayak nangka, kok jd penasaran mba :D. Justru yg unik dan ga biasa gini bakal bikin aku tertarik. Beneeer sih, suka Ama 1 jenis kopi, ga masalah, tp jgn sampe terjebak dan ga mau ngerasain rasa lainnya :).

  7. Suami saya pengolah kopi, Mbak. Liberika ini biasanya hanya dijadikan “bumbu” untuk Arabica & Robustanya. Kalo murni Liberika aja memang kurang peminat. Tapi dengan jadi bumbu, kopi olahan kami jadi punya ciri khas sendiri ^^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *